Jakarta (ANTARA News) - Perhanjian bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat masih dalam tahap melerai benang kusut atau mencarikan solusi atas permasalahan industri dan perdagangan yang terjadi antara kedua negara melalui Trade Investment Forum Agreement (TIFA).




"Melalui TIFA kita mendiskusikan hambatan-hambatan industri dan dagang antar kedua negara, kemudian dicarikan solusi," kata Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Harjanto, dihubungi dari Jakarta, Selasa.




Harjanto menyampaikan, hal tersebut diharapkan dapat menjadi jembatan untuk bisa mencapai komitmen yang lebih dalam antara Indonesia dan Amerika.




"Kita harapkan ada komitmen yang lebih baik misalnya Free Trade Agreement (FTA) atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA)," ujar Harjanto.




Pasalnya, komitmen tersebut menjadikan posisi Indonesia berada pada tingkat daya saing yang sama dengan negara ASEAN lain yang telah memiliki komitmen dengan Negeri Paman Sam itu.




Selain itu, komitmen antar kedua negara juga disinyalir mampu meningkatkan ekspor dari Indonesia, sekaligus membuka lapangan kerja baru yang lebih luas.




Menurut Harjanto, terdapat beberapa sektor industri asal Indonesia yang mampu bersaing di Amerika, misalnya Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dan industri makanan dan minuman.




Adapun posisi dagang antara keduanya mencatatkan surplus untuk Indonesia, di mana pada 2015, nilai ekspor non-migas produk industri dari Indonesia ke Amerika mencapai 15,31 miliar dollar Amerika Serikat dan meningkat menjadi 15,68 miliar dollar Amerika Serikat pada 2016.




Sementara impor non-migas mencapai nilai 7,55 miliar dollar AS pada 2015 dan turun menjadi 7,20 miliar dollar Amerika Serikat pada 2016.

Pewarta: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017