Purwakarta (ANTARA News) - Pasar Induk Modern bisa berperan strategis dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat karena adanya imbal balik saling menguntungkan antara pelaku pasar, masyarakat, dan petani yang memproduksi pangan, kata Dirut Perum Bulog Djarot Kusumayakti.

"Saya mewakili Bulog, sungguh sangat mendukung upaya pembangunan pasar modern yang menfasilitasi pedagang, pelaku pasar, yang akan membuat harga pangan menjadi terjangkau," katanya, di sela Peresmian Kios/Gudang Beras dan Los Daging dan Ikan, Pasar Induk Modern Cikopo, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa.

Pembangunan Pasar Induk Moderen Cikopo ini peletakan batu pertamanya dilakukan pada 29 Januari 2014 oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan kala itu Gita Wiryawan.

Kemudian pada 15 Desember 2015 dilakukan soft opening oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Bambang Trihatmojo dari Asri Pelangi Nusa, serta Muhammad Suharli selaku Dirut PT Jakatijaya Megah. Selanjutnya pada Juni 2016 dilakukan grand opening.

Pasar Induk Cikopo memiliki luas sekitar 30,78 hektare dengan hampir 5.000 unit kios dan los. Pasar ini menyediakan seluruh kebutuhan bahan pokok bagi wilayah Jawa Barat, sampai Jakarta.

Pasar ini juga dilengkapi fasilitas memadai seperti sarana ibadah, empat bangunan toilet, jalan lebar, parkir yang luas serta dekat dengan akses jalan utama sehingga mudah dijangkau.

Atas kondisi itu, kata Djarot, Bulog yang oleh pemerintah ditugaskan mengelola distribusi pangan menyampaikan selamat atas peresmian kios dan gudang beras Pasar Induk Modern Cikop.

Bulog sebagai BUMN yang mengemban tugas mengelola harga dan distribusi bahan pokok tentu memiliki kepentingan sangat besar atas berkembangnya Pasar Induk Modern Cikopo.

Selama ini distribusi menjadi masalah terbesar dalam tata kelola pangan. Distribusi yang buruk akan membuat hasil panen tanaman pokok mudah rusak dan harga pun menjadi tak menentu.

"Masalah distribusi jadi problem utama selama ini. Beras saja dari petani ke penggilingan lalu ke gudang, dibawa ke pasar yang jauh dan dibawa lagi ke petani. Ini in-efisiensi yang sering kita temukan," jelasnya.

Sementara itu, pengelola Pasar Induk Modern Cikopo, Dirut PT Jakatijaya Megah, Muhammad Suharli, mengatakan, Pasar Induk Modern Cikopo Purwakarta ini memiliki masa depan yang sangat cerah.

Selain menyediakan semua kebutuhan pokok yang komplit, pasar ini juga punya visi kedepan bagi pembangunan kawasan penyangga ibu kota. Bandara Kertajakti di Majalengka sudah finishing touch. Dan ini bandara terbesar selain Soekarno-Hatta. Lalu pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang yang masih dalam proses dibangun.

Menurut dia, pasar Induk Modern Cikopo Purwakarta ini daerah emas. Harga tanah dalam 10 tahun tanah naik 10 kali lipat. Karena itu, ia yakin pasar di Purwakarta itu akan menjadi ikon. Bahkan dipredikis, lima tahun ke depan akan sangat ramai dan jadi yang terbesar di Indonesia.

"Di pasar ini juga tak ada preman. Kita bekerjasama dengan resimen bagian dari Kostrad. Satu-satunya pasar tak ada preman ya ini. Dan pasar adalah salah satu aset yang dilindungi pemerintah. Kalau ada preman masuk, maling nanas disuruh makan nanasnya tanpa dikupas," kata dia.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang hadir dalam kegiatan itu mengatakan, Purwakarta adalah kawasan yang tumbuh dinamis bersama Subang, Cirebon, Karawang dan Bekasi. Kawasan ini memiliki regulasi ekonomi yang strategis dan dinamis.

"Hal ini terletak pada dua hal. Pertama terkait dengan tempat atau lokasi dan kedua berkaitan dengan produksi," katanya.

Ia juga mengatakan, dalam ekonomi diketahui bahwa tak mungkin ada regulasi ekonomi tanpa produksi. Seiring Jakarta tumbuh dinamis sebagai ibu kota megapolitan, maka Jakarta tak mesti lagi menanggung beban berat terhadap mobilisasi barang.

Kegiatan itu sendiri diakhir dengan penandatanganan MoU antara pengelola pasar induk modern Cikopo Purwakarta dan Perpadi Jawa Barat tentang kesepakatan pengembangan pemanfaatan produktivitas pasar beras.

Penandatanganan disaksikan langsung Dirut Bulog bersama Bupati Purwakarta, dan Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana.

(T.KR-MAK/B012)

Pewarta: M. Ali Khumaini
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017