Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak melemah sebesar delapan poin menjadi Rp13.321 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.313 per dolar Amerika Serikat.

"Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS menyusul perkiraan defisit transaksi berjalan pada triwulan kedua tahun ini akan melebar," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Rabu.

Ia mengemukakan bahwa Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan di triwulan II 2017 akan lebih rendah dari dua persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Perkiraan itu meningkat jika dibandingkan realisasi triwulan I 2017 yang sebesar satu persen dari PDB atau sebesar 2,4 miliar dolar AS.

"Kondisi itu meredam sentimen positif dari rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Juli 2017 yang naik," katanya

Dalam survei konsumen Bank Indonesia mengindikasikan optimisme konsumen meningkat, sebagaimana tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen pada Juli 2017 yang naik 1,0 poin dari bulan sebelumnya menjadi sebesar 123,4.

Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar juga bereaksi atas peningkatan tensi geopolitik di semenanjung Korea setelah dilakukannya uji coba peluncuran rudal. Amerika Serikat mengancam akan menyerang Korea Utara jika tidak menghentikan programnya.

"Kondisi itu pun juga turut meningkatkan permintaan terhadap mata uang 'safe heaven'," katanya.

Ia mengharapkan bahwa pemangkasan produksi minyak mentah dunia oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan non-OPEC dapat tercapai kesepakatan sehingga menjaga stabilitas harga.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu ini (9/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.324 dibandingkan hari sebelumnya (Selasa, 8/8) Rp13.319 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017