Bandung (ANTARA News) - Pengamat Ilmu Politik dan Pemerintahan dari Universitas Katholik Parahyangan Bandung Asep Warlan Yusuf menuturkan sosok Deddy Mizwar berpeluang diduetkan dengan kader PKS lainnya selain Ahmad Syaikhu seperti Haris Yuliana.

"Karena berdasarkan berbagai survei, popularitas dan elektabilitas kader PKS lainnya lebih tinggi dari Syaikhu. Contohnya bisa saja nanti malah Haris Yuliana yang cocok dipasangkan dengan Deddy Mizwar, atau Netty Heryawan yang memiliki popularitas lebih tinggi dari Syaikhu," kata Asep Warlan Yusuf, di Bandung, Rabu.

Menurut dia, dalam ranah politik segala kemungkinan bisa saja terjadi sehingga keputusan yang dihasilkan bisa berubah seperti keputusan PKS yang mengusung pasangan Deddy Mizwar dan Ahmad Syaikhu di Pilgub Jawa Barat 2018.

"Walaupun Gerindra-PKS komunikasinya paling baik di antara partai lain, tapi Gerindra tidak bisa begitu saja menerima usungan wakil untuk Deddy Mizwar di Pilgub Jabar," kata dia.

Sementara itu Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof Karim Suryadi menilai sosok yang diusung oleh PKS pada Pilgub Jawa Barat 2018 yakni Ahmad Syaikhu masih kurang populer dibandingkan kader lainnya di partai tersebut seperti Haris Yuliana atau Tate Qomarudin.

Menurut Karim, pengusungan sosok Ahmad Syaikhu yang saat ini menjabat sebagai Wakil Wali Kota Bekasi dalam istilah politik disebutkan dengan "New Things New Hope" seperti saat Partai Demokrat memunculkan sosok Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY di Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Mungkin kali ini orang-orang PKS mau mencoba paradigma itu, di tengah-tengah gencarnya pemberitaan orang orang populer, PKS mencoba memunculkan sesuatu yang baru sehingga publik bisa bertanya pasti dia punya kekuatan," kata dia.

Namun, lanjut Karim, sosok baru yang dimunculkan oleh PKS tersebut harus benar-benar ditata dengan baik agar bisa menjaga rasa penasaran publik.

"Tetapi jangan salah ya kadang ini menjadi blunder kalau yang diusung ini tidak bisa menata rasa penasaran publik pada saat awal ini," kata dia.

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017