Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 11 Industri Kecil Menengah (IKM) komponen dinyatakan siap untuk mendukung produksi kendaraan pedesaan yang sedang dikembangkan oleh Kementerian Perindustrian, demikian disampaikan Dirjen IKM Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih.




"Ada 11 yang kondisinya siap. Rata-rata dari mereka adalah anggota Perkumpulan Industri Kecil Menengah Komponen Otomotif (Pikko)," kata Gati di Jakarta, Kamis.




Gati menyampaikan, produksi kendaraan pedesaan yang sedang direncanakan akan mengutamakan Industri Kecil Menengah (IKM) dalam negeri untuk menyediakan kebutuhan komponen otomotifnya.




"Pasti, kami memprioritaskan IKM komponen dalam negeri. Ini bertujuan untuk menyediakan pasar bagi mereka," ujar Gati.




Dalam hal ini, lanjut dia, Kementerian Perindustrian menggandeng Pikko untuk mendata komponen yang sudah bisa diproduksi IKM dalam negeri maupun yang belum.




Untuk komponen-komponen yang belum bisa diproduksi, Kemenperin akan mencarikan solusi agar komponen tersebut dapat diproduksi.




Sementara itu, untuk komponen-komponen yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri, Kemenperin akan meninjau lebih jauh tentang kemampuan produksi IKM tersebut.




"Misalnya IKM itu bisa memproduksi komponen tertentu, nah kita akan lihat dari segi kuantitasnya. Apakah mesinnya menunjang untuk memproduksi dalam jumlah tertentu," ungkap Wibawaningsih.




Apabila dibutuhkan revitalisasi mesin, lanjutnya, maka Kemenperin akan memfasilitasi IKM tersebut untuk bertemu dengan bank pemerintah agar mendapat dana yang dibutuhkan.




"Butuh anggaran berapa? Nanti mereka (PIKKO) yang menentukan. Kami carikan sumber pembiayaannya. Nah, mereka butuh berapa dengan bunga 9 persen," tuturnya.




Menurut dia, terdapat 1.400 IKM komponen yang ada di Indonesia, namun banyak dari mereka memilih memproduksi komponen lain atau gulung tikar.




"Banyak yang tutup. Makanya kita ciptakan pasar dengan adanya kendaraan pedesaan ini. Sehingga perekonomian bergerak," katanya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017