Jakarta (ANTARA News) - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menginginkan solusi yang komprehensif terkait dengan permasalahan yang dialami maskapai Garuda Indonesia yang dilaporkan mencatatkan kerugian.

"Hipmi sebelumnya sudah memberikan early warning kepada Garuda Indonesia karena terus merugi. Ke depannya perlu ada solusi yang komprehensif agar maskapai penerbangan kebanggaan kita ini bisa survive," kata Ketua Bidang Organisasi BPP Hipmi Anggawira di Jakarta, Kamis.

Menurut Anggawira, kerugian tersebut disinyalir akibat peningkatan biaya operasional dan pembelian bahan bakar avtur.

Apalagi, menurut dia, hingga saat ini pihaknya melihat biaya bahan bakar merupakan sumber terbesar biaya operasional dengan persentase di atas 50 persen.

Sumber biaya lainnya disusul antara lain dengan biaya pembelian pesawat, reparasi, hingga pembayaran asuransi yang dihitung dengan kurs dollar AS sementara produk jasa penerbangan domestiknya dijual dengan nilai rupiah.

"Utang yang membelit Garuda Indonesia harus menjadi konsen pemerintah," ucap Anggawira.

Sebagaimana diketahuii, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatat kerugian bersih (net loss) selama semester pertama 2017 sebesar 283,8 juta dolar AS.

Sementara itu, PT Garuda Indonesia (Tbk) Persero mengaku optimistis pendapatan pengiriman kargo akan menembus angka 270,8 juta dolar AS pada tahun ini atau naik dari realisasi pendapatan kargo 2016 sebesar 228 juta dolar AS.

Direktur Kargo Garuda Indonesia Sigit Muhartono mengatakan target tersebut bisa diraih karena adanya penambahan 25 pusat pelayanan kargo (CSC) hingga akhir 2017.

Dengan demikian, hingga akhir tahun 2017 Garuda Indonesia nantinya akan melayani pengiriman kargo udara di lebih dari 94 CSC disuruh Indonesia.

(T.M040/Y008)

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017