"Tanah Air ku tidak kulupakan, kan terkenang selama hidupku. Biarpun saya pergi jauh, tidak 'kan hilang dari kalbu. Tanahku yang ku cintai. Engkau kuhargai...."

Suara para pekerja Indonesia di Hong Kong membahana melantunkan Tanah Airku karya Ibu Sud itu dengan iringan bunyi angklung dan biola. Mereka spontan menyanyikannya.

Koor buruh migran lantas membawakan lagu Bendera yang dipopulerkan grup band Coklat pada 2006, menggempitakan gedung Hong Kong Convention and Exhibition Center (HKCEC) tempat Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam dilantik 1 Juli lalu.

"Merah-Putih teruslah kau berkibar. Di ujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini. Merah-Putih teruslah kau berkibar..."

Saat dua kelompok komunitas warga Hong Kong yang memiliki ikatan emosional dengan Indonesia tampil di panggung, mereka pun memberikan semangat.

Komunitas warga Hong Kong rata-rata sudah berusia senja itu secara sukarela menampilkan  kemampuan olah vokal dan kepiawaian bermusik di panggung peringatan kemerdekaan RI.

Panggung yang dibangun KJRI Hong Kong itu pun menjadi ajang seni gado-gado. Beragam jenis musik, tarian, seni beladiri, atraksi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka dari kalangan buruh migran ditampilkan di sana.

Para pekerja Indonesia menjadi penonton dan penampil dominan dalam acara itu. Sebagian besar pekerja tampil atraktif dengan mengenakan pakaian sewarna dengan bendera Indonesia, Merah Putih.

Pin berbentuk bendera Merah-Putih dari penyelenggara mereka sematkan pada baju atau kerudung.

Mereka terlihat antusias mengikuti acara. Banyak di antaranya merangsek ke arah panggung manakala artis serba bisa Dorce Gamalama yang mengenakan busana terusan warna putih gading mulai menembangkan Indonesia Tanah Air Beta.

Situasi di dalam gedung itu pun sempat kacau karena beberapa penonton berdesakan menuju panggung untuk mendekati sang artis, sehingga panitia dan petugas keamanan gedung turun tangan menertibkannya.


Warga asing di antara para buruh

Christopher Drake beranjak dari tempat duduknya di depan layar monitor sisi kanan panggung saat lagu Indonesia Raya berkumandang. Telapak tangan kirinya di dada, sementara tangan kanannya memegang kamera untuk merekam acara.

Sesekali dia mengarahkan kamera ke tengah gedung HKCEC yang dipadati sekitar 3.000 orang.

Pria Inggris yang sudah lama menetap di Hong Kong itu mengaku memiliki ikatan emosional tersendiri dengan Indonesia.

"Hampir semua budaya Indonesia menarik perhatian saya," kata pria yang sudah beberapa kali mengunjungi Indonesia itu.

Drake tak melewatkan acara itu meski semua rangkaian acara Panggung Merah-Putih yang digelar KJRI Hong Kong, Minggu (6/8), berbahasa Indonesia.

Bagi dia acara peringatan kemerdekaan RI di gedung tempat Pangeran Charles menyerahkan kedaulatan Hong Kong ke China pada 1 Juli 1997 itu sangat penting, tak peduli pengisi acaranya artis ternama atau hanya pekerja Indonesia yang menjadi buruh rumah tangga.


Sedikit Beda


Rangkaian peringatan Hari Kemerdekaan RI di Hong Kong pada tahun ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

"Biasanya setiap Agustusan ada pemandangan penonton yang pingsan karena kepanasan, sekarang tidak," kata Konsul Jenderal RI di Hong Kong, Tri Tharyat.

Dengan dukungan dari beberapa badan usaha milik negara dan perusahaan di Hong Kong yang menjadi mitra kerjanya, KJRI menyewa gedung megah HKCEC di kawasan Wanchai.

"Karena yang tersedia tanggal 6," kata Tharyat mengenai penyelenggaraan acara puncak peringatan Hari Kemederkaan RI sebelum tanggal 17 Agustus itu.

Rangkaian kegiatan Hari Kemerdekaan RI tahun ini juga diisi dengan berbagai kegiatan perlombaan seni dan pertandingan olahraga di berbagai tempat, termasuk di lapangan Victoria Park yang menjadi tempat favorit para TKI saat libur akhir pekan.

Di penghujung acara, Husein Idol membagi-bagikan hadiah, mulai dari telepon seluler hingga berlian.

Selain menjadi ajang melepas rindu pada Tanah Air, acara itu juga menjadi tempat para pekerja rihat dari rutinitas pekerjaan sehari-hari mereka, yang belakangan diselipi keresahan karena isu mengenai buruh migran Indonesia yang terpengaruh paham radikal.

Pada 26 Juli, media arus utama di Hong Kong, South China Morning Post, mengutip laporan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) bahwa 45 buruh migran punya kaitan dengan kelompok ekstremis dengan mendeklarasikan kekhalifahan ISIS pada 2014, namun nama-nama bekas buruh migran yang disebut tidak terkonfirmasi.

"Insya Allah teman-teman masih tetap mencintai Tanah Air meski pun ada isu seperti itu. Kami jauh-jauh ke Hong Kong untuk mencari nafkah, bukan untuk menjadi pemberontak, apalagi terhadap bangsa kami sendiri," ujar Warsini, pembantu rumah tangga asal Tulungagung, Jawa Timur, seusai menyaksikan rekannya tampil di Panggung Merah-Putih.

Oleh M. Irfan Ilmie
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017