Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara melalui telepon pada Sabtu dan setuju untuk bekerja sama terkait krisis di Semenanjung Korea, kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

"Mereka mendiskusikan kebutuhan untuk menghadapi situasi yang semakin berbahaya yang terkait dengan perilaku destabilisasi dan eskalasi Korea Utara," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

Dalam beberapa hari terakhir, Trump dan rezim Korea Utara telah terlibat dalam retorika yang memanas tentang program senjata nuklir negara Asia itu.

Sebelumnya, penasehat Presiden Amerika Serikat Donald Trump, mengatakan bahwa Washington akan menggunakan "tindakan tepat" untuk melindungi AS dari ancaman Korea Utara, yang mengatakan mengembangkan rencana menembakkan roket ke dekat wilayah AS, Guam.

"Donald Trump tegas. Dia akan menggunakan tindakan tepat untuk melindungi Amerika Serikat dan warganya," kata Sebastian Gorka, wakil asisten Trump, kepada radio BBC.

"Kami tidak mengumumkan skenario masa depan kita dan cara kita akan menanggapi," katanya, "Jika Anda menunjukkan pemain di sekitar meja tangan poker Anda, Anda akan kalah dalam permainan itu. Itu bukan pemikiran bagus dalam permainan kartu, itu sangat buruk dalam geopolitik."

Ketegangan meningkat sejak Korea Utara melakukan dua uji bom nuklir pada tahun lalu dan dua uji peluru kendali balistik antarbenua pada Juli. Trump mengatakan tidak akan mengizinkan Pyongyang mengembangkan senjata nuklir, yang mampu menyerang Amerika Serikat.

Korea Utara merencanakan peluncuran peluru kendali jarak menengah di wilayah Amerika Serikat di Guam pada pertengahan Agustus, menurut media pemerintah Korut.

Laporan rinci mengenai serangan tersebut mengindikasikan ketegangan yang meningkat antara Pyongyang dan Washington, setelah Presiden AS Donald Trump memperingatkan Korut awal pekan ini dan pihak Korut akan menghadapi "kemarahan besar" jika Korut mengancam AS.

Kantor berita Korea Utara KCNA menganggap ancaman Trump hanya omong kosong.

"Sepertinya dialog tidak mungkin dilakukan dengan orang yang kehilangan akal dan hanya kekuatan mutlak yang bisa menimpanya," katanya tentang Trump.

Tentara Korut sedang membangun rencana untuk menyerang kekuatan musuh di pangkalan militer utama di Guam dan untuk memberi sinyal peringatan ke AS, demikian laporan KCNA.

Guam berpenduduk sekitar 163 ribu orang, dan memiliki pangkalan militer AS yang terdiri atas skuadron kapal selam, pangkalan udara dan kelompok penjaga pantai.

Roket Hwasong-12 yang akan diluncurkan oleh Tentara Rakyat Korea (KPA) akan melintasi langit Shimane, Hiroshima dan Perfektur Koichi di Jepang, menurut laporan tersebut mengutip pernyataan komandan Pasukan Strategis KPA Kim Rak Gyom.

Roket tersebut akan terbang sejauh 3.356,7 kilometer pada 1,065 detik dan menyentuh perairan sejauh 30 hingga 40 kilometer dari Guam.

(Uu.G003)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017