Chicago (ANTARA News) - Kontrak emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih rendah pada Senin (Selasa pagi WIB), karena dolar AS menguat setelah ketegangan antara Washington dan Pyongyang berkurang.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember turun 3,6 dolar AS atau 0,28 persen, menjadi menetap di 1.290,40 dolar AS per ounce, lapor Xinhua.

Emas berjangka naik ke level tertinggi dua bulan pada Jumat lalu (11/8), ketika Presiden AS Donald Trump mengeluarkan sebuah ancaman baru ke Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK) atau Korea Utara, mengatakan militer AS "locked and loaded" atau "siap siaga untuk berperang" karena DPRK dituduhnya mendorong Semenanjung Korea ke ambang perang nuklir.

Pejabat-pejabat tinggi AS akhir pekan lalu diminta untuk meredakan ketegangan dengan Pyongyang, ketika Menteri Pertahanan Jim Mattis dan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson menyatakan bahwa pemerintahan Trump mencari solusi diplomatik untuk mencapai tujuan "denuklirisasi Semenanjung Korea".

Akibatnya, indeks dolar AS berbalik naik (rebound) pada Senin (14/8) sebesar 0,26 persen menjadi 93,34 pada pukul 17.38 GMT. Indeks tersebut merupakan ukuran dolar terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya. Saat dolar naik, emas berjangka akan turun.

Sementara itu, Dow Jones Industrial Average juga reli. Indeks Dow meningkat 144,25 poin atau 0,66 persen menjadi 22.002,57 poin pada pukul 17.49 GMT, memberikan tekanan tambahan terhadap emas.

Ketika ekuitas naik, emas berjangka biasanya turun, karena investor tidak selalu mencari aset-aset "safe haven".

Sedangkan untuk logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September naik 5,2 sen atau 0,3 persen, menjadi ditutup pada 17,129 dolar AS per ounce. Platinum untuk penyerahan Oktober turun 14,8 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi menetap di 974,9 dolar AS per ounce.

(Uu.A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017