Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengukuhkan tiga Profesor Riset baru untuk bidang keilmuan berbeda diantaranya zoologi, sejarah lokal dan global serta teknik bahan.

Ketiga ilmuwan yang dikukuhkan Plt Kepala LIPI Bambang Subiyanto di Jakarta, Rabu yakni Dr. Ir. Sri Hartini, M.Si. dari bidang zoologi (biosistematika), Dr. Erwiza, M.A. dari bidang sejarah lokal dan global, serta Dr. Nurul Taufiqu Rochman, M.Eng., Ph. D. dari bidang teknik bahan sebagai Profesor Riset dalam kegiatan Orasi Pengukuhan Profesor Riset LIPI yang digelar di Auditorium Utama LIPI Pusat Jakarta.

Sri Hartini merupakan peneliti dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, dalam orasi ilmiahnya berjudul Biosistematika, Geografi, dan Strategi Pemanfaatan Tungau Macrohelidae (Acari: Mesostigmata) di Indonesia secara spesifik menyoroti hasil penelitian tentang Tungau Macrochelidae.

Ia mengatakan Tungau sebagai satwa kecil berukuran 300-1300 m sering diasosiasikan oleh masyarakat umum sebagai satwa yang tidak bermanfaat, memberikan masalah terhadap lingkungan.

Namun, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sesuatu yang sangat kecil tetap memberikan manfaat yang bernilai tinggi sebagai satu kesatuan ekosistem.

Dari fenomena pemangsaan di alam, Tungau Macrochelidae sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai agen pengendali hayati serangga hama pertanian.

Terlebih di era modern saat ini dimana segala aktifitas pertanian sangat bergantung pada bahan sintetik, peran Tungau memberikan dampak yang sangat positif dalam menghasilkan produk pertanian organik melalui biopestisida secara alami.

Sedangkan peneliti kedua Erwiza yang melakukan orasi ilmiah berjudul Rekonstruksi Interdisiplin Sejarah Pertambangan Mineral Indonesia untuk Rezim Kerja, Tata Kelola, dan Pembangunan Masyarakat Lokal menekankan suatu pemahaman holistik dan komprehensif, yang muncul dari proses menyetrukturkan masalah atau menjelaskan isu yang kompleks, dinamis dan tumpang tindih dalam dunia pertambangan mineral di Indonesia.

Dari hasil rekonstruksi interdisiplin sejarah pertambangan, Erwiza mengusulkan pentingnya kebijakan terpadu, yang bertujuan yakni pertama meningkatkan produktivitas penambang di sektor pertambangan melalui kontrol kerja "lunak", yang memperhatikan keragaman budaya dan penghormatan kepada martabat manusia.

Selain itu, meminimumkan praktek perburuan rente dengan cara pelaksanaan yang efektif dan transparan dalam penegakan peraturan pertambangan.

Dan ketiga, menjamin keberlanjutan sistem lingkungan hidup di sekitar tambang dengan penegakan ketat peraturan lingkungan hidup dan pembagian tata ruang untuk pertambangan dan nonpertambangan, serta membangun kemitraan antara pelaku tambang dengan masyarakat sekitar.

Sementara itu, untuk peneliti yang melakukan orasi terakhir yakni Nurul Taufiqu Rochman dari Pusat Inovasi LIPI menyampaikan orasi dengan judul Pengembangan Material Nano Berbasis Sumber Daya Alam Indonesia dan Aplikasinya pada Industri.

Menurut dia, nanoteknologi menjadi isu yang sangat penting khususnya dalam konteks pemberian nilai tambah Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia, baik mineral maupun hayati.

Dengan mengolah SDA Indonesia dan menggunakan nanoteknologi, dapat dibuat material-material nano sebagai bahan baku industri nasional dan juga berpeluang menjadi bahan baku pengganti impor.

Berbagai metode dan alat khususnya berbasis penggiling (ball mill) telah berhasil dikembangkan untuk membuat material nano dari berbagai SDA Indonesia.

Metode dan alat yang telah dipatenkan tersebut telah digunakan di perguruan tinggi, pusat penelitian dan pengembangan kementerian/lembaga dan industri untuk berbagai penelitian serta pengembangan produk-produk komersial.

Capaian ini tidak hanya berkontribusi pada pengembangan Litbang nanoteknologi, tetapi juga secara nyata berkontribusi pada pemberian nilai tambah SDA Indonesia menjadi bahan baku industri dan menggerakkan perekonomian nasional.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017