Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Organisasi Pangan Dunia (FAO) siap mengembangkan jagung di lahan marjinal di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Infrastruktur Ani Andayani di Jakarta, Rabu, mengatakan kerja sama dua lembaga itu melalui Program Upaya Khusus (UPSUS) yang didukung oleh model Conservation Agriculture yang tengah diimplementasi FAO untuk menjaga keberlanjutan kesuburan tanah.

"Kemarin konsultan FAO datang ke Kementan, menyampaikan bahwa Program UPSUS peningkatan produksi jagung di NTT sangat cocok disinergikan dengan model Conservation Agriculture yang dijalankan FAO," katanya.

Program UPSUS, lanjutnya, merupakan wadah yang tepat untuk mengimplementasikan model tersebut, sehingga hasilnya dapat dilihat langsung dari pemanfaatan lahan marginal dan besarnya produksi jagung.

Model Conservation Agriculture bertujuan meningkatkan kesuburan tanah melalui optimasi kelembaban tanah, efisiensi pemanfaatan air tanah, penggunaan bahan organik untuk kesuburan tanah.

Oleh karena itu, menurut Ani Koordinator Program Upaya Khusus (UPSUS) Provinsi NTT itu, sinergi Kementan dengan FAO sangat positif untuk penerapan inovasi dan teknologi bagi pelaksanakan Program UPSUS peningkatan produksi jagung di NTT dan NTB yang lahan pertaniannya relatif kurang subur dan banyak memiliki lahan telantar atau dikenal lahan marjinal.

Konsultan FAO, Joseph Viandrio mengatakan sinergi model Conservation Agriculture dengan Program UPSUS merupakan langkah yang tepat untuk mempercepat pencapaian swasembada jagung.

Ia mengungkapkan Program UPSUS khususnya di NTT berhasil meningkatkan pengembangan produksi jagung. Hal ini terlihat dari adanya penambahan luas lahan, bantuan insentif ke petani meningkat yakni berupa benih, pupuk, dan alat mesin pertanian serta perbaikan irigasi.

"Selain itu, sistem dan mekanisme pelaporan Program UPSUS sudah bagus. Dengan sistem dan mekanisme ini, model Conservation Agriculture dapat dengan mudah diimplementasikan dan diadopsi para petani," ujarnya.

Berdasarkan data BPS, realisasi luas tanam jagung di NTT pada musim tanam Oktober hingga Maret 2015/2016 sebesar 289.112 ha.

Kemudian, luas tanam jagung pada musim tanam Oktober hingga Maret 2016/2017 sebesar 324.501 ha.

Realisasi luas tanam Oktober hingga Maret 2016/2017 ini melebihi target yang ditentukan 268.056 ha.

Sementara luas lahan jagung NTT pada musim tanama Oktober-Maret 2013/2014 hanya 248.979 ha.

Dengan sinerginya model dari FAO itu dapat mendukung Program UPSUS di NTT dan NTB, sebagai langkah menuju percepatan swasembada.

(T.S025/I007)

Pewarta: Subagyo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017