Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan asumsi pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2018 sebesar 5,4 persen merupakan target yang cukup optimistis.

"Menurut saya, cukup optimistis, tapi tidak terlalu ambisius," kata Sri Mulyani seusai jumpa pers Nota Keuangan dan RUU APBN Tahun 2018 di Jakarta, Rabu.

Sri Mulyani mengatakan proyeksi tersebut bisa dicapai dengan membaiknya konsumsi rumah tangga yang sepanjang tahun 2018 diperkirakan tumbuh sebesar lima persen.

Selain itu, kata dia, perekonomian ini juga didukung oleh sektor investasi yang diperkirakan tumbuh diatas enam persen maupun ekspor yang mampu tumbuh mencapai lima persen.

Sri Mulyani memastikan dua sektor ini bisa menjadi tumpuan perekonomian pada 2018, karena pemerintah dipastikan mulai mengurangi beban APBN untuk mendukung pembangunan.

Hal itu tercantum dari proyeksi defisit anggaran dalam RAPBN 2018 sebesar 2,19 persen terhadap PDB atau lebih rendah dari perkiraan defisit anggaran 2017 sebesar 2,67 persen terhadap PDB.

"Pertumbuhan lebih optimistis, karena faktor-faktor penyumbang pertumbuhan diluar APBN, diharapkan bisa mendukung pertumbuhan seperti investasi dan ekspor," katanya.

Sebelumnya, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen pada 2018 melalui dukungan konsumsi masyarakat yang terjaga, peningkatan investasi serta perbaikan kinerja ekspor dan impor.

Perkiraan angka itu berdasarkan proyeksi konsumsi rumah tangga dan ekspor yang masing-masing bisa mencapai 5,1 persen, konsumsi pemerintah 3,8 persen, pembentukan modal tetap bruto 6,3 persen dan impor 4,5 persen.

Indikator makro ekonomi lainnya dalam RAPBN 2018 adalah laju inflasi 3,5 persen, nilai tukar Rp13.500 per dolar AS, suku bunga SPN 3 bulan 5,3 persen, rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) 48 dolar AS per barel, lifting minyak 800 ribu barel per hari, dan lifting gas 1,2 juta barel setara minyak per hari.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017