Jakarta (ANTARA News) - Pada 200 hari pertama pemerintahannya yang kacau balau, Donald Trump mendapati dirinya terasing setelah komentarnya yang condong mendukung demonstran supremasi kulit putih membuat sekutu-sekutu politik dan bisnisnya susah payah menutupi kelemahan sang presiden.

Trump menabrak tabu diskursus politik Amerika ketika menyebut baik demonstran antifasis maupun pendukung supremasi kulit putih yang rasis sebagai kelompok orang baik. Padahal banyak kalangan AS menginginkan Trump mengutuk kelompok rasis.

Kekerasan pecah di Charlottesville, Virgina, Sabtu pekan lalu ketika demonstran neo-Nazi dan kelompok rasis Alt-Right bentrok dengan demontran anti-rasis saat dua kelompok yang pertama memprotes pembongkaran patung Konfederasi.

Seorang pengunjukrasa anti fasis tewas ditabrak mobil yang dikendarai pendukung neo-Nazi.

Trump lamban bereaksi sehingga dikecam dari mana-mana dan baru mengutuk kelompok rasis setelah muncul kritik-kritik itu. Terakhir Trump malah menyalahkan kedua belah pihak yang berseberangan pandangan itu dan komentar terakhir ini memicu protes dari orang-orang dekatnya dalam pemerintahan.

Para eksekutif bisnis senior yang menjadi anggota dewan penasihat ekonomi Gedung Putih kemudian ramai-ramai mengundurkan diri. Bukannya mendinginkan suasana, Trump malah membekukan dewan itu.

"Saya sama sekali tidak setuju atas reaksi Presiden Trump terhadap peristiwa yang terjadi di Charlottesville beberapa hari lalu. Rasisme, intoleransi dan kekerasan itu selalu salah," tulis Jamie Dimon, kepala eksekutif JPMorgan Chase yang menjadi anggota Forum Strategis dan Kebijakan Presiden Trump, seperti dikutip AFP.

Dua mantan presiden yang juga dari Partai Republik --George Bush dan George W. Bush-- mengeluarkan pernyataan yang 180 derajat berbeda dengan Trump bahwa rakyat AS harus menolak fanatisme rasial dalam bentuk apa pun.

Sementara itu menurut Reuters. para eksekutif perusahaan Merck & Co Inc, Under Armour Inc, Intel Corp, Campbell Soup Co dan 3M Co juga hengkang dari dewan penasihat presiden.

Eksodus para eksekutif bisnis top ini diyakini akan memaksa Gary Cohn, penasihat ekonomi Trump yang juga penghubung Trump ke komunitas bisnis AS, mengundurkan diri

Cohn, yang Yahudi, juga murka atas pernyataan Trump, kendati masih memutuskan bertahan di kabinet, kata beberapa sumber seperti dikutip Reuters.



Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017