Jakarta (ANTARA News) - Indonesia mengembangkan pesawat tanpa awak Medium Altitude Long Endurance (MALE) yang memiliki ketahanan terbang hingga 24 jam tanpa henti dengan jangkauan jelajah operasi 5.000 kilometer.

"MALE dapat digunakan pada ketinggian di atas 10 ribu kaki hingga 30 ribu kaki, pesawat tanpa awak ini didesain dapat terbang 24 jam tanpa henti," kata Program Manager Pesawat Terbang Tanpa Awak PT Dirgantara Indonesia Bona P. Fitrikananda di Jakarta, Senin.

Pesawat ini nantinya akan dilengkapi sistem pilot sesuai misi. Dalam misi pemantauan misalnya, pesawat akan dilengkapi dengan kamera elektro optikal infra merah.

Kebutuhan awal pesawat ini adalah untuk misi intelijen, pengawasan dan pengintaian, baru selanjutnya untuk kebutuhan pertahanan dengan misi tempur bersenjata.

"Pesawat ini diharapkan dapat disenjatai sehingga dapat melakukan penindakan awal, sehingga pesawat ini dapat menunaikan misi yang ditetapkan oleh pengguna yaitu TNI AU. Tentu saja pengembangannya ini akan dilakukan secara bertahap," kata Bona.

Pesawat tanpa awak ini seluruhnya dibuat oleh putra-putri Indonesia dan diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada luar negeri dalam bidang teknologi pengawasan.

"Selama ini ketergantungan kita sangat tinggi, padahal kita memiliki putra-putri yang menguasai bidang teknologi material, juga proses citra melalui pemotretan udara. Namun selama ini masih berpencar, maka kita berupaya untuk menyatukannya," kata Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa Wahyu Widodo Pandoe.

Pengembangan program ini dilakukan oleh BPPT bersama Kementerian Pertahanan dengan ITB sebagai mitra perguruan tinggi, PT Dirgantara Indonesia sebagai mitra dalam pembuatan pesawat, integrasi dan komersialisasi serta PT LEN sebagai pengembang sistem kendali dan muatan.

Pesawat tanpa awak yang mulai dikembangkan pada 2015 ini rencananya diproduksi tahun 2022. Produk itu akan digunakan oleh TNI AU untuk 11 pangkalan drone guna meningkatkan keamanan negara, terutama di wilayah perbatasan, daratan dan perairan yang rawan gangguan kejahatan.

Satu pangkalan pesawat tanpa awak memerlukan tiga unit pesawat, satu untuk operasional, satu untuk siaga dan satu untuk perawatan.

Selain digunakan di dalam negeri, BPPT berharap pesawat terbang tanpa awak tersebut dapat dijual ke konsumen luar negeri.


Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017