Kami siap memasok kebutuhan dunia industri terhadap tenaga kerja yang kompeten.”
Jakarta (ANTARA News) - Unit-unit pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian menjadi role model pendidikan vokasi karena telah menerapkan sistem pembelajaran yang berbasis kompetensi. 

“Para lulusannya hampir semua terserap di dunia kerja,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar melalui keterangan pers di Jakarta, Senin. 

Hingga saat ini, Kemenperin memiliki sembilan SMK, sembilan politeknik, dan satu akademi komunitas.

Haris mencontohkan, salah satu SMK di bawah binaan Kemenperin yang berprestasi adalah Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor (SMAKBO).

“Rata-rata nilai ujian nasional para siswa SMAKBO tertinggi dari seluruh SMK se-Jawa Barat,” ungkapnya.

Lebih lanjut, menurut Haris, selama ini Kemenperin fokus mendorong pendidikan berbasis kebutuhan industri, seperti SMK di Banda Aceh dengan spesialisasi pengolahan produk berbasis kelapa sawit.

Selain itu, di Bandar Lampung spesialisasi pengolahan karet dan singkong, Yogyakarta spesialisasi proses produksi minyak atsiri, Pontianak spesialisasi teknik mesin dan kimia, serta Makassar spesialisasi pengolahan kakao.

Sementara itu, Politeknik dan Akademi Komunitas Kemenperin juga memiliki spesialisasi pendidikan untuk memenuhi pasar sektor manufaktur, di antaranya berbasis teknologi industri pangan, komponen kendaraan, kimia, produk kulit, tekstil, dan pengolahan logam. 

“Di Politeknik STTT Bandung akan dibuka program S2 untuk tekstil,” sebut Haris. 

Bahkan, Kemenperin telah memfasilitasi pembangunan politeknik di beberapa kawasan industri, seperti di Morowali, Sulawesi Tengah yang dijadikan pusat pengembangan industri feronikel. Politeknik ini pun diminati banyak lulusan SMK yang ingin meningkatkan keahliannya. 

Di tahun ini, Kemenperin membuka dua politeknik lagi, yakni Politeknik khusus furnitur di Kendal, Jawa Tengah dan Akademi Komunitas Industri Logam di Bantaeng, Sulawesi Selatan.

“Kami siap memasok kebutuhan dunia industri terhadap tenaga kerja yang kompeten,” ujarnya. 

Apalagi, kata Haris, Kemenperin tengah mendorong pemerataan industri agar tersebar ke seluruh wilayah Indonesia melalui pengembangan kawasan industri di luar pulau Jawa.

Kemenperin mencatat, dengan rata-rata pertumbuhan industri sekitar 5-6 persen per tahun, dibutuhkan lebih dari 500-600 ribu tenaga kerja baru setiap tahunnya. 

Sementara itu, merujuk data BPS, total tenaga kerja berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada tahun 2016 lebih dari 120 juta orang, di mana yang bekerja di sektor industri sebanyak 15,9 juta orang. Pada tahun 2017, jumlah tenaga kerja sektor industri diproyeksikan mencapai 16,3 juta orang.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan, SDM merupakan aset penting untuk turut mendorong pembangunan ekonomi nasional, termasuk di sektor industri. 

Dengan SDM yang terampil, manufaktur dalam negeri akan dapat lebih berdaya saing baik di tingkat domestik maupun global seiring perkembangan teknologi terkini.

“Sesuai arahan Bapak Presiden Joko Widodo, selain fokus membangun infrastruktur, pemerintah juga tengah gencar membangun kompetensi SDM Indonesia,” tuturnya.  

Pada tahun 2018, Kemenperin akan memfasilitasi pembangunan politeknik pendukung kawasan industri Dumai dan kawasan industri Batu Licin tahap pertama. 

“Kami juga menargetkan, pembangunan sentra industri kecil dan menengah (SIKIM) di luar Jawa sebanyak enam sentra,” ujarnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017