Meski begitu, kondisi cuaca tidak akan menyebabkan terjadinya kebakaran lahan dan hutan. Jika tidak ada faktor manusia yang melakukan pembakaran."
Banda Aceh (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh menyebutkan terdapat 17 titik panas terpantau oleh satelit yang muncul dan menyebar pada enam kebupaten di wilayah Aceh.

"Terdeteksi oleh satelit Terra dan Aqua sebanyak 17 titik panas di Aceh," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Kelas I Blang Bintang Zakaria di Aceh Besar, Selasa.

Ia menjelaskan ke-17 titik panas tersebut terpantau berada pada enam kabupaten di Aceh, seperti enam titik di antaranya di Nagan Raya Aceh.

Di Nagan Raya atau lebih tepatnya terdeteksi di Kecamatan Darul Makmur empat titik, dan Kecamatan Kula dua titik panas.

Lalu Aceh Barat menyumbang lima titik panas, masing-masing dua titik di Kecamatan Johan Pahlawan dan Kecamatan Kaway Enambelas, serta satu titik di Kecamatan Pante Ceuremen.

Aceh Selatan di Kecamatan Trumon Timur, dan Pidie di Kecamatan Muara Tiga sama-sama berbagi sumbangan dua titik panas.

Terakhir sisanya dua titik panas lagi disumbang Aceh Barat Daya di Kecamatan Barahrot, dan Aceh Tengah di Kecamatan Pegasing.

"Rata-rata memiliki potensi bahaya kebakaran hutan dan lahan di area kecamatan tersebut, di atas 50 persen," kata Zakaria.

Deputi Bidang Meteorogi BMKG, Yunus S Swarinoto telah mengingatkan, wilayah Aceh perlu mewaspadai kemunculan titik panas akibat meningkatnya intensitas cuaca kering selama musim kemarau.

Berdasarkan peta potensi kemudahan kebakaran yang ditinjau dari unsur cuaca, katanya maka masih menunjukkan wilayah di Aceh sangat mudah terjadi kebakaran.

"Meski begitu, kondisi cuaca tidak akan menyebabkan terjadinya kebakaran lahan dan hutan. Jika tidak ada faktor manusia yang melakukan pembakaran," tegasnya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat saat ini secara nasional terdapat ratusan titik panas di Tanah Air karena tidak terpantau satelit.

"Di lapangan jumlah hotspot kemungkinan lebih banyak, karena adanya daerah-daerah yang tidak terlintasi satelit saat ada kebakaran hutan," ujar Kepala Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

Pewarta: Muhammad Said
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017