Jakarta (ANTARA News) - Hari ini pemeriksaan fisik atas helikopter angkut sedang AW-101 Merlin digelar oleh KPK dan Polisi Militer TNI, di hanggar Skuadron Teknik 021 Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta. 




Yang ingin disasar dari pemeriksaan fisik itu ada beberapa, namun yang paling pokok adalah spesifikasi teknis. Pasalnya, helikopter yang dibangun dari hanggar produksinya di Yeofil, Inggris, itu semula digadang-gadang untuk keperluan angkut VIP dan VVIP kepresidenan. 




Belakangan hal ini dibantah, dan diubah menjadi angkut personel dan SAR tempur TNI AU dan secara diam-diam, sosoknya hadir di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, hingga akhirnya menimbulkan permasalahan hukum. 




Artikel ini tidak menyoal hal-hal terkait hukum dan dugaan-dugaan non teknis atas AW-101 Merlin, yang pabrikannya ada di bawah Leonardo. Artikel ini ingin mengupas secara umum hal-hal tentang AW-101 di luar aspek yang sedang dibicarakan penegak hukum itu. 




Menurut kelasnya, AW-101 merupakan helikopter angkut sedang multi peran yang bisa dipergunakan kalangan sipil dan militer. Jika untuk keperluan militer, maka spesifikasinya sedikit berbeda; mulai dari material hingga avionika dan instrumen-instrumen pokok serta pendukung, dan berbagai hal lain. 




Karena “pabrikan asal”-nya sudah merger pada 2000, yaitu Agusta (Italia) dan Westland Helicopter (Inggris), maka dia dibuat di Yeofil (Inggris) dan Vergiate (Italia). Semula helikopter yang terbang perdana pada 1987 ini diberi designasi AW-101 Merlin (terkhusus bagi operator Norwegia, Denmark, Portugal, dan Inggris), lalu diubah menjadi EH-101.




Secara teknis umum, AW-101 (EH-101) memiliki spesifikasi panjang fuselage total 19,53 meter, tinggi 6,62 meter, radius baling-baling utama 18,59 meter, bobot kosong 10.500 kg dan bobot maksimum 15.600 kg.




Bagi pilot, kemudahan navigasi dan operasionalisasi ditawarkan, bahwa mereka bisa memakai piranti night vision google yang kompatibel dengan kokpit digital dan sistem manajemen penerbangan.




Dia diterbangkan dengan maksimal empat personel pengawak (dua pilot dan dua spesialis misi/muatan), mampu menerbangkan 26 personel dengan persenjataan lengkap atau lima ton kargo, atau 16 tandu disusun bertingkat. 




Pada varian SAR tempur, AW-101 dilengkapi perlengkapan Electro Optic/Infra Red, katrol tunggal atau ganda, area khusus perawatan pasien/korban pertempuran, sistem tali cepat. 




Untuk daya angkut personel ini, bisa dibedakan lagi menjadi 45 personel bersenjata lengkap dalam konfigurasi berdiri atau 30 personel yang duduk di kursi dengan persenjataan lengkap. Jika ini yang dipilih maka perlengkapan sonar bisa dipasang karena dia juga memiliki fungsi azazi helikopter anti kapal selam. 




Helikopter AW-101 ini dikenal bertenaga, pasalnya dia ditenagai tiga mesin Rolls-Royce Turbomecca RTM322-01 Turboshaft yang masing-masing mampu menyemburkan daya hingga 1.566 kiloWatt (2.100 shp). 




Leonardo (sebagai pabrikan AW101 ini) memberi data juga bahwa alternatif mesin adalah tiga mesin General Electric CT7-8E dengan sistem FADEC yang mampu menyemburkan daya maksimal 2.527 shp. Dari sisi ketersediaan sumber tenaga ini, bisa dibilang dia sangat aman untuk diterbangkan karena tiga mesin ini bisa saling mendukung jika salah satunya bermasalah. 




AW-101 terbang dengan kecepatan lumayan laju, yaitu 277 kilometer per jam. Ilustrasinya, jarak Jakarta-Cirebon bisa ditempuh dalam waktu sekitar satu jam saja. Akan tetapi, kecepatan jelajah ekonomisnya sedikit di bawah itu pada ketinggian jelajah di bawah 4.575 meter dari permukaan laut. 




Adapun jarak tempuhnya dalam sekali isi tangki bahan bakar hingga penuh adalah 1.200 kilometer atau terbang dalam durasi 6,5 jam terbang. Untuk ukuran helikopter, terbang hingga durasi 6,5 jam tanpa henti ini cukup lama, mengingat pada faktanya penerbangan alias misi helikopter jarang yang berlangsung hingga selama itu. 




Sejatinya AW-101 untuk memenuhi keperluan militer. Tidak heran jika dia sejak dari hanggar produksinya sudah memiliki berbagai instrumen untuk keperluan militer ini, di antaranya adalah instrumen avionika standar, yaitu sistem kendali penerbangan digital otomatis dual-dedundant Smiths Industries OMI 20 SEP. 




Karena dia asalnya buatan pabrikan Inggris dan Italia dalam perusahaan yang sudah merger, maka tidak mengherankan jika instrumen-instrumen utama lain juga disumbang dari mereka. Sistem navigasinya LINS 300 ring laser gyro dari BAE dan LISA-4000 AHRS dari Litton, Italia.




Tidak cukup banyak helikopter sedang yang dilengkapi piranti anti benturan dengan darat atau obyek lain (Enhance Ground Proximity Warning System) dan sistem pencegah tabrakan udara (Traffic Coalition Avoidance System). Juga masih ada data link yang dipadukan dengan komputer pengendali misi. 




Untuk meninggikan kewaspadaan situasional maritim (bisa juga dipakai di lingkungan terestrial), AW-101 dalam konfigurasi standar militernya Blue Kestrel 5000 dari Selex Galileo, yang memang spesialis di bidang ini. Sedangkan untuk menangkal serangan perang elektronika, dia dilengkapi piranti Racal Orange Reaper ESM. 




Masih untuk keperluan kewaspadaan situasional maritimnya, dia dilengkapi lagi dengan sonar dari Thomson Marconi (AQS-903 prosesor akustik), ambangan suara (sonobuouy) aktif atau pasif, atau Sintra FLASH dipping sonar array dari Thomson. 




Piranti pertahanan aktif dan pasifnya, secara umum dibagi menjadi beberapa sistem, yaitu Radar Warning Receiver, Laser Warning System, Missile Approach Warning System, Countermeasures Dispending System, dan Directed Infra-Red Countermeasures. 




Dikarenakan negara-negara pengguna memerlukan spefisikasi khusus, maka AW-101 juga dibuat dalam beberapa versi, di antaranya AgustaWestland CH-149 Cormorant oleh Angkatan Bersenjata Kanada untuk keperluan SAR tempur di udara, darat, dan laut. 




Juga untuk keperluan penerbangan kepresidenan Amerika Serikat oleh Korps Marinir Amerika Serikat, yang kemudian diberi designasi Lockheed Martin VH-71 Kestrel. Sempat dibuat sembilan unit, namun akhirnya dibatalkan walau dibanderol 400 juta dolar Amerika Serikat per unit. 




Pilihan kepada AW-101 untuk menjadi Marine One (helikopter kepresidenan Amerika Serikat) saat itu cukup beralasan, karena plafon kabinnya tinggi, yaitu 183 sentimeter dan lebar kabin dalam 249 sentimeter. 




Leonardo menyatakan, ukuran ini mampu menjawab keperluan ruang para VIP. Bahkan jika dilengkapi sarana hiburan di dalam kabin, ruang basuh (shower kalau perlu), perlengkapan medis, hingga proteksi balistik. 




Memang, dibandingkan AS330 Puma atau AS332 Super Puma buatan Aerospatiale, (yang juga lisensinya dimiliki PT Dirgantara Indonesia), maka ukuran fisik dan kelas AW-101 ini berbeda. Belakangan, Aerospatiale diakuisisi Airbus Helicopter menjadi Eurocopter dan produksi AS330 Puma atau AS332 Super Puma dihentikan. 




Kedua produk helikopter yang cukup handal ini dikembangkan, menjadi AS532 Cougar/H215 Super Puma dan EC725/H225 Caracal, yang juga sering dinamakan Airbus Helicopter H225M. 




Maka itu lazim jika dia sejak dari hanggar produksinya sudah memiliki berbagai instrumen untuk keperluan militer ini, di antaranya adalah instrumen avionika standar, yaitu sistem kendali penerbangan digital otomatis dual-dedundant Smiths Industries OMI 20 SEP. Inilah induk sistem kendali penerbangan yang dibuat tahan pada segala keperluan misi. 




Untuk meninggikan kewaspadaan situasional maritim (bisa juga dipakai di lingkungan terestrial), AW-101 dalam konfigurasi standar militernya Blue Kestrel 5000 dari Selex Galileo, yang memang spesialis di bidang ini. Sedangkan untuk menangkal serangan perang elektronika, dia dilengkapi piranti Racal Orange Reaper ESM. 




Masih untuk keperluan kewaspadaan situasional maritimnya, dia dilengkapi lagi dengan sonar dari Thomson Marconi (AQS-903 prosesor akustik), ambangan suara (sonobuouy) aktif atau pasif, atau Sintra FLASH dipping sonar array dari Thomson. 




Piranti pertahanan aktif dan pasifnya, secara umum dibagi menjadi beberapa sistem, yaitu Radar Warning Receiver, Laser Warning System, Missile Approach Warning System, Countermeasures Dispending System, dan Directed Infra-Red Countermeasures. 




Dikarenakan negara-negara pengguna memerlukan spefisikasi khusus, maka AW-101 juga dibuat dalam beberapa versi, di antaranya AgustaWestland CH-149 Cormorant oleh Angkatan Bersenjata Kanada untuk keperluan SAR tempur di udara, darat, dan laut. 




Juga untuk keperluan penerbangan kepresidenan Amerika Serikat oleh Korps Marinir Amerika Serikat, yang kemudian diberi designasi Lockheed Martin VH-71 Kestrel. Sempat dibuat sembilan unit, namun akhisnya dibatalkan walau dibanderol 400 juta dolar Amerika Serikat per unit. 




Kembali kepada AW-101 Merlin, yang pada fase-fase awal dikembangkan menjadi model 1xx serie hingga model 6xx serie. Tidak kurang juga dibuat varian khusus lain, yaitu SH-101A, EH-101A, UH-101A, dan HH-101A untuk militer Italia. 




Di luar Italia dan Inggris, Jepang mendapat lisensi pembuatan AW-101 ini, melalui Kawasaki Heavy Industries dan diberi designasi MCH-101 dengan mengambil basis model 518. 






Secara global, AW-101 dioperasikan 13 negara, termasuk yang Indonesia, ditandai dengan kehadiran AW-101 Merlin dengan kelir loreng yang sudah hadir di hanggar Skuadron Teknik 021 TNI AU itu.

Oleh Ade P Marboen
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017