Bandung (ANTARA News) - Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang P.S Brodjonegoro menyatakan, pemerintah sedang merencanakan pengembangan kedokteran jarak jauh dengan menggunakan sistem daring untuk memberikan pelayanan medis bagi masyarakat di pelosok Papua.

"Di Papua akan mengembangkan kedokteran jarak jauh secara online," kata Bambang saat kuliah umum bertemakan "Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi" di Kampus ITB, Kota Bandung, Jumat.

Ia menuturkan, pelayanan secara daring menjadi solusi untuk mengatasi masalah penanganan kesehatan masyarakat yang jauh dari perkotaan atau rumah sakit besar di Papua maupun kota lainnya di Indonesia.

Ia mencontohkan, seperti ada orang yang ingin mendapatkan tindakan medis di Papua Barat, tetapi tidak ada dokternya, sementara rumah sakit besar jaraknya jauh sehingga khawatir tidak tertangani.

"Kalau menunggu pasien dibawa ke Kota Sorong khawatir tidak tertolong," katanya.

Ia berharap, program pengembangan kedokteran jarak jauh di Papua dapat segera terealisasi dengan terlebih dahulu membangun konektivitas yang bagus di seluruh puskesmas.

"Makanya kita ingin bangun konektivitas digital yang bagus, semua puskesmas harus ada jaringan yang kuat," katanya.

Ia menjelaskan, sistem kerja kedokteran jarak jauh tersebut yaitu melakukan penanganan medis di puskesmas yang dipandu langsung oleh dokter dengan cara teleconference.

Dokter yang berada di rumah sakit besar di Jakarta, Bandung maupun Surabaya, kata dia, dapat memberikan pelayanan medis secara daring, kemudian petugas puskesmas yang ada di daerah hanya cukup menjalankan arahan dari dokter.

"Misalkan ngukur denyut jantung, hasilnya sekian, kondisi seperti ini tindakannya seperti ini, kamu harus begini, begini," katanya.

Cara penanganan medis seperti itu, kata Menteri, ternyata sudah dilakukan oleh beberapa negara lain.

"Itu (kedokteran jarak jauh) sudah berlangsung di negara lain dan kita akan lakukan di Papua," katanya.

Pewarta: Feri Purnama
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017