Jakarta (ANTARA News) - Unit-unit pendidikan yang dibina oleh Kementerian Perindustrian, seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Politeknik telah terbukti mampu mencetak para lulusan yang memiliki keterampilan sesuai kebutuhan dunia kerja saat ini. 




Capaian tersebut merupakan keberhasilan dalam penerapan sistem pendidikan vokasi yang berbasis kompetensi serta link and match dengan industri.

 

“Lulusan SMK dan Politeknik di lingkungan Kemenperin seluruhnya terserap di industri dalam waktu kurang dari enam bulan," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto lewat keteranganny di Jakarta, Sabtu.




Bahkan, lanjutnya, salah satu contoh best practice-nya adalah lulusan SMK - SMAK dan SMTI Padang yang 85 persen telah terserap pada saat wisuda.




Airlangga menyampaikan hal itu pada acara Wisuda di SMK - Sekolah Menengah Analis Kimia (SMAK) dan Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) Padang, Sumatera Barat.

 

Airlangga memberikan apresiasi kepada kedua SMK yang telah menelurkan sebanyak 342 lulusan (terdiri dari 168 orang dari SMTI Padang dan 174 orang dari SMAK Padang) pada tahun ini, di mana 289 orang sudah diterima bekerja atau melanjutkan pendidikan lebih tinggi.




“Kami berharap lulusan yang sedang dalam tahap rekrutmen dapat segera bekerja di sektor industri,” ujarnya.

 

Terkait kualitas pendidikan, SMK - SMAK dan SMTI Padang mencatatkan prestasi yang cukup gemilang, di mana SMAK Padang menduduki posisi pertama tingkat SMK dengan nilai ujian (UN) nasional tertinggi di Provinsi Sumatera Barat, dan telah dicapai selama lima kali berturu-turut. 




Sedangkan, SMTI Padang menempati posisi keempat SMK dengan nilai UN nasional tertinggi di Provinsi Sumatera Barat dan peringkat kedua tertinggi di Kota Padang.

 

Kemudian, dari 342 lulusan yang diwisuda, yang telah mendapatkan sertifikasi kompetensi sebanyak 303 orang. 




Bahkan, untuk mewujudkan sekolah bertaraf internasional, SMK - SMAK dan SMTI Padang telah bekerja sama dengan Australia dan Belanda dalam melakukan harmonisasi kurikulum yang mengacu pada standar internasional.

 

Airlangga menyebutkan, seluruh unit pendidikan Kemenperin memiliki spesialisasi bidang industri tertentu sehingga fokus dalam pengembangan manufaktur nasional agar berdaya saing global. 




Selain itu, didukung dengan fasilitas memadai seperti ruang workshop, laboratorium, dan teaching factory yang sesuai dengan penggunaan teknologi di industri saat ini. 




“Kami juga mempunyai Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan Tempat Uji Kompetensi (TUK) untuk penyelenggaraan sertifikasi kompetensi,” imbuhnya.

 

Langkah strategis Kemenperin tersebut sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK.




“Pasalnya, peralatan praktik yang dimiliki rata-rata SMK di Indonesia tertinggal dua generasi,” ungkap Airlangga. 




Untuk itu, Kemenperin pun mendorong agar industri dapat membina sebanyak lima SMK di wilayahnya, dan setiap SMK bisa dibina lebih dari satu industri.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017