Logam mulia dan mata uang yen cenderung mendapatkan keuntungan selama periode ketegangan geopolitik
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak menguat tipis sebesar tujuh poin menjadi Rp13.333 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.340 per dolar Amerika Serikat (AS).

Analis Monex Investindo Futures Faisyal di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa permintaan terhadap aset safe haven seperti logam mulia dan mata uang yen Jepang setelah Korea Utara meluncurkan rudalnya cenderung meningkat sehingga menekan dolar AS, situasi itu turut berimbas positif pada pergerakan mata uang di kawasan sekitar, termasuk rupiah.

"Logam mulia dan mata uang yen cenderung mendapatkan keuntungan selama periode ketegangan geopolitik," katanya.

Ia menambahkan bahwa data kepercayaan konsumen Amerika Serikat yang diperkirakan lebih rendah dari periode sebelumnya juga turut menjadi sentimen negatif bagi dolar AS di pasar valas global, termasuk di dalam negeri.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa melemahnya dolar AS juga dipicu kondisi politik di Amerika Serikat yang belum kondusif, situasi itu dinilai pelaku pasar dapat membahayakan program pertumbuhan ekonomi AS ke depannya.

Di sisi lain, lanjut dia, Ketua The Fed Janet Yellen yang tidak memberi pandangan secara rinci mengenai kapan dan bagaimana teknis program kenaikan suku bunganya membuat pelaku pasar kecewa.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini (29/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.348 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.338 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017