Beijing (ANTARA News) - China memperingatkan bahwa ketegangan di semenanjung Korea telah mencapai "titik kritis" setelah Korea Utara pada Selasa menembakkan rudal balistik ke atas Jepang, namun mengatakan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan menjadi bagian penyebabnya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying mendesak semua pihak menghindari provokasi dan mengulang seruan Beijing agar Korea Utara menangguhkan uji coba rudal sebagai balasan atas penghentian latihan militer AS-Korea Selatan.

Situasinya "sekarang berada di titik kritis mendekati krisis. Pada saat yang sama ada peluang untuk membuka kembali perundingan damai," kata Hua dalam konferensi pers reguler.

"Kami harap pihak-pihak yang bersangkutan bisa mempertimbangkan bagaimana kita meredakan situasi di semenanjung dan mewujudkan perdamaian serta stabilitas di semenanjung tersebut," ia menambahkan.

Sirene dinyalakan pada Selasa dini hari dan pesan teks disebarkan di wilayah utara Jepang, memperingatkan orang-orang yang berada di jalur penerbangan rudal itu agar berlindung.

Seoul dan Washington pekan lalu memulai latihan perang tahunan yang ditentang Tiongkok, dan dipandang Pyongyang sebagai latihan invasi provokatif. Korea Utara selalu membalasnya dengan aksi militer kuat.

Hua mengatakan AS dan Korea Selatan "terus menggelar latihan militer bersama dan mereka menggunakan tekanan militer terhadap Korea Utara."

"Setelah begitu banyak putaran dan siklus buruk, apakah mereka merasa lebih dekat ke pengaturan damai dalam masalah ini?" katanya sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

"Fakta-fakta membuktikan bajwa tekanan dan sanksi tidak bisa secara fundamental menyelesaikan masalah ini," katanya merujuk ke sanksi-sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa terhadap Korea Utara.

China mendukung pengenaan sanksi-sanksi tersebut namun juga menyeru pelaksanaan perundingan damai. (mu)


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017