Seoul (ANTARA News) - Tingkat kesuburan warga Korea Selatan turun ke titik terendah dalam tujuh tahun pada 2016, menurut laporan biro statistik negara itu pada Rabu karena makin banyak perempuan menunda pernikahan di negara gila kerja yang sangat kompetitif itu.

Jumlah rata-rata bayi yang dilahirkan setiap perempuan Korea Selatan sepanjang usia mereka turun 5,4 persen dari tahun 2015 menjadi 1,17 pada tahun lalu, dan merupakan tingkat terendah di kalangan negara-negara maju OECD menurut laporan Statistics Korea.

Data itu keluar saat negara dengan kekuatan ekonomi terbesar keempat di Asia itu menghadapi pergeseran demografi dengan jumlah warga Korea muda usia kerja menurun sedang populasi lansia meningkat.

Sekitar 6,5 juta dari total 50 juta penduduk Korea Selatan berusia 65 tahun atau lebih pada 2015, dan dalam 10 tahun ke depan 20 persen penduduk negara itu akan pensiun menurut laporan Statistics Korea tahun lalu.

Namun, kenaikan harga properti dan kian kecilnya prospek lapangan pekerjaan membuat banyak perempuan muda Korea Selatan menunda pernikahan dan kehamilan.

Rata-rata perempuan Korea Selatan memiliki anak pertama saat berusia 31,4 tahun pada 2016, naik dari 31,2 tahun pada 2015 menurut data resmi terbaru.

Pemerintah Korea Selatan mengalokasikan dana lebih dari 100 triliun won (89 miliar dolar AS) sejak 2006 untuk ratusan program yang ditujukan untuk mendorong orang-orang menikah muda dan memiliki keluarga lebih besar.

Presiden Moon Jae-in berjanji menerapkan lebih banyak kebijakan untuk mengakomodasi para ibu pekerja, termasuk membuka pusat-pusat penitipan anak dan memberikan tunjangan bulanan sekitar 100.000 won (89 dolar AS) menurut warta kantor berita AFP.(ab/)


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017