Jakarta (ANTARA News) - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menilai, penurunan suku bunga acuan (BI 7-day Reverse Repo Rate) sebesar 25 bps menjadi 4,50 persen akan mendorong penerbitan obligasi lebih tinggi.

"Dengan penurunan BI 7-day Reverse Repo Rate itu, kupon obligasi akan menyesuaikan, dengan begitu akan mengurangi beban kupon," ujar Analis Pefindo Hendro Utomo di Jakarta, Senin.

Berkurangnya beban, lanjut dia, akan meningkatkan arus kas perusahaan menjadi lebih baik sehingga dapat lebih fokus mengambil keputusan dalam melakukan aktivitas bisnis ke depan.

Ia menambahkan bahwa sentimen dari dalam negeri salah satunya mengenai peringkat Indonesia yang sudah masuk dalam level layak investasi (investment grade) juga masih menjadi salah satu faktor yang memicu penerbitan obligasi di dalam negeri.

"Sentimen domestik cukup positif, seperti inflasi stabil, peringkat investment grade, serta kebijakan moneter yang longgar," katanya.

Ia mengatakan bahwa dengan kondisi yang kondusif itu maka penggalangan dana melalui obligasi akan menjadi salah satu pilihan utama bagi perusahaan, dibanding pinjaman perbankan.

Dari sisi investor, Hendro Utomo mengatakan bahwa minat untuk menyerap instrumen obligasi juga masih akan tinggi meski imbal hasil yang ditawarkan berpotensi sedikit menurun.

"Obligasi masih menjadi pilihan investor karena menawarkan imbal hasil yang stabil," katanya.

Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat mengatakan bahwa faktor suku bunga rendah dan inflasi Indonesia yang terjaga dapat jadi salah satu faktor yang akan mendorong perusahaan menerbitkan obligasi untuk meraih pendanaan dalam rangka ekspansi.

"Penerbitan obligasi menjadi lebih baik, apalagi dana yang digunakan untuk jangka panjang," katanya

Berdasarkan data BEI, total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang 2017 adalah 61 emisi dari 48 emiten senilai Rp97,18 triliun.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017