Lombok Timur (ANTARA News) - Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian Bambang mengapresiasi pola kemitraan antara perusahaan rokok dengan petani tembakau di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

"Hari ini kita diperlihatkan sebuah kemitraan yang sangat baik antara perusahaan dengan petani di bawah fasilitasi, pengendalian dan pembinaan pemerintah daerah," kata Bambang, di Lombok Timur, Rabu.

Apresiasi tersebut disampaikan ketika menjadi pembicara pada diskusi pertanian dan industri tembakau bersama para petani mitra dan Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo), di Desa Pijot Utara, Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur.

Menurut Bambang, PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna), dan PT Bentoel International Investama Tbk (Bentoel Group), telah menjalankan pola kemitraan bersama para petani di Pulau Lombok selama puluhan tahun.

"Saya apresiasi kedua perusahaan itu. Ini lah model masa depan industri perkebunan Indonesia. Petani sejahtera, perusahaan juga bisa menikmati pasokan bahan baku," ujarnya.

Kedua perusahaan rokok itu, kata dia, bukan hanya mengajari petani cara budi daya dan pascapanen. Tapi juga dari sisi kesehatan, perhatian terhadap anak, keselamatan kerja, dan peningkatan nilai-nilai ekonomi berbagai jenis komoditas pertanian.

Istri-istri petani tembakau diajarkan membuat kue, mengembangkan kreativitas seperti membuat selendang, dan kegiatan ekonomi produktif lainnya.

"Pola kemitraan itu membuat petani tidak hanya berharap dari tembakau, tapi bisa menikmati hidup dari pendapatan lain atas pembinaan dari industri," ucapnya.

Manager Government Affairs Sampoerna Hami Setiawan, menyebutkan sebanyak 2.723 perempuan tani yang dibina tergabung dalam "Community Learning Group" (CLG) atau kelompok belajar komunitas di lima kelompok binaan.

Kelompok binaan itu tersebar di Desa Jantuk dan Desa Padamara Kecamatan Sukamulia, Desa Kabar, Kecamatan Sakra, Desa Senyiur, dan Desa Batu Putik, Kecamatan Keruak.

Ia mengatakan program tersebut dimulai sejak Desember 2016, dengan mengintegrasikan potensi dan sumber daya desa, ditambah persiapan teknis serta peningkatan kapasitas para fasilitator guna memastikan dampak berkelanjutan dari program.

"Pembentukan kelompok CLG di lima desa tersebut dimaksudkan sebagai lembaga mandiri di tingkat desa yang berperan sebagai mitra pemerintah desa dalam menjalankan sejumlah program," katanya.

Menurut Setiawan, kerja nyata dalam upaya pengembangan ekonomi masyarakat di Kabupaten Lombok Timur, dilakukan melalui medium pelatihan teknis, pemanfaatan pekarangan, pembuatan bio-pestisida, dan pembuatan pupuk organik cair.

Selain itu, penyuluhan "green tobacco sickness" dan sosialisasi prinsip-prinsip praktek ketenagakerjaan dalam bidang pertanian termasuk dukungan pembangunan kebun bibit.

"Program tersebut telah memberikan dampak positif bagi lebih dari 2.700 orang, dan melibatkan lebih dari 5.100 anggota masyarakat setempat dalam berbagai aktivitas terkait," ujarnya.

(T.KR-WLD/T007)

Pewarta: Awaludin
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017