Kudus, Jawa Tengah (ANTARA News) - Tangis Muhammad Najwan Najmuddin asal Majalengka pecah saat mantan pebulutangkis Antonius Budi Ariantho memberikan kertas berwarna kuning keemasan padanya tiba-tiba. 

Air mata seakan tak mau berhenti turun dari kedua pelupuk matanya. Najwan bahkan sampai melakukan sujud tanda rasa syukurnya karena berhasil menyabet satu dari 17 super tiket final audisi umum beasiswa bulutangkis PB Djarum di Kudus.

Dia sebenarnya sudah takluk di babak perempat final, kalah dari Afrizal Robiansa yang juga lolos ke babak final audisi. Mereka nantinya akan menantang para finalis dari tujuh kota lainnya. 

"Sedih, karena sebenarnya enggak menang tadi di perempat final. Grogi, enggak percaya," ujar dia kepada ANTARA News di GOR Djarum, Jati, Kudus, Kamis.

Najwan yang saat itu ditemani ibu, ayah dan adik perempuannya baru kali pertama mengikuti audisi di Kudus. Namun, dunia pertandingan bulutangkis bukan hal baru bagi dia. Sebelumnya dia bahkan sudah mencicipi gelar juara se-kabupaten Majalengka. 

Kecintaannya pada dunia bulu tangkis berawal dari rekan-rekannya yang terlebih dahulu terjun di bidang itu. Melihat kehidupan sebagai atlet cukup nyaman dan memang sejak awal menyukai bulu tangkis, Najwan pun memfokuskan diri di dunia yang seperti Kevin Sanjaya itu. 

"Saya suka Kevin Sanjaya. Mainnya bagus, apalagi kalau dia servis. Saya juga lihat teman-teman rasanya enak, masuk PB Djarum," kata dia yang masih terisak. 

Najwan tak cuma pandai memainkan raket dan kok. Dia ternyata juara matematika se-Kabupaten Majalengka. Hasil akademis di sekolahnya pun bagus, menurut Titing Gartini, ibunda Najwan.  


 

 Keterbatasan ekonomi

Titing mengatakan sebenarnya berat melepas putra ketiga dari empat bersaudara itu ke Kudus, salah satunya karena soal biaya.

"Mau ke Kudus sebenarnya agak berat yah, banyak urusan sekolah Najwan yang harus diberesin dulu. Belum lagi biaya, saya hanya ada uang Rp 500.000. Untuk Najwan saya pinjam Rp 1.000.000 ke sekolahnya," tutur Titing. 

Dia awalnya juga enggan melihat Najwan bermain, karena tak punya uang. Namun, rasa was-was pada kondisi Najwan, membuatnya memutuskan datang ke Kudus dengan uang seadanya. 

"Saya pinjam lagi Rp 1000.000. Dari Majalengka menumpang mobil, susah bensin, lampu satunya mati, enggak tahu jalan. Untung ada bapak dari Jepara yang ikut, dia tahu jalan," kisah Titing yang mengaku tiba di Kudus pada Selasa (5/9).

Sekalipun awalnya pesimistis Najwan bisa lolos ke babak final karena permainannya yang terus menurun di babak ketiga, dia berharap putranya itu bisa lolos di babak final dan menggapai impiannya. 

Pewarta: Lia Santosa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017