Solo (ANTARA News) - Maestro tari asal Kota Solo Eko Supriyanto mengawali pembukaan Solo International Performing Arts (SIPA) 2017 yang berlangsung di Benteng Vastenburg, Kamis.

Dengan pesta kembang api, satu per satu penari yang dikomandani oleh Eko naik ke panggung dan membentuk formasi berkelompok. Puluhan penari pria dan wanita menarikan tari berjudul "Upper".

Tari "Upper" sendiri terinspirasi dari tari-tarian perang Halmahera Barat dan Maluku Utara, yaitu Cakalele, Soya Soya, dan Tari Legu Salai. Upper adalah terjemahan fisikal yang merayakan kecintaan dan inspirasi tari-tarian budaya maritim.

Usai menari sekitar 20 menit, penampilan selanjutnya adalah kelompok tari Azpirasi yang berasal dari Singapura. Kelompok tari tersebut membawakan tarian berjudul Rumah.

Selanjutnya, berturut-turut penampilan kelompok tari Gaya Gayo dari Aceh yang membawakan tarian "Rhythm of Saman" dan penampilan Melanie Lane dari Australia yang membawakan tarian berjudul "Tilted Fawn".

Dalam sambutannya, Ketua Panitia SIPA 2017 R.A. Irawati Kusumarastri mengatakan bahwa pihaknya pada SIPA IX membawa semangat berkarya setiap waktu.

"Semangat tentang kebudayaan laut yang membuat Indonesia dikenal sebagai budaya agung. Sumber daya alam kelautan dan kekuatan sumber daya manusia kemaritiman yang besar," katanya.

Sesuai dengan tema "Bahari Kencana Maestro Karya", kata dia, bahari adalah laut dan laut hakikatnya adalah air.

"Membicarakan bahari juga membicarakan kebudayaan air. Masyarakat sungai, masyarakat danau, dan sebagianya. Semua menyatu dalam simpul yang sama yaitu air. Pelaksanaan ini adalah sebuah ikhtiar untuk menggali kekayaan dan kejayaan masyarakat air," katanya.

Upaya mengembalikan kejayaan tersebut, kata Irawati, para pelaku seni menjadikan seni pertunjukan sebagai pendekatannya.

"SIPA sebagai ruang untuk mempertemukan pertunjukan dari berbagai negara di dunia," katanya.

SIPA 2017 sendiri menampilkan delegasi dari beberapa negara, di antaranya dari Indonesia, Singapura, Malaysia, Vietnam, Chili, Australia, Thailand, dan Filipina.

Pada kesempatan yang sama, perwakilan dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Imam Santoso mengatakan seni pertunjukan sejatinya merupakan pertunjukan bernilai seni tinggi.

Berdasarkan data dari Bekraf, hingga tahun lalu ekonomi kreatif memberikan sumbangan sekitar Rp250 triliun atau 13 persen dari total ekspor nasional.


Pewarta: Aris Wasita Widiastuti
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017