Kediri (ANTARA News) - Sejumlah petinggi DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bertemu dengan para ulama di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur untuk membahas Pilkada Jatim 2018.

Wakil Ketua Sekretaris Jenderal DPP PDIP Ahmad Basarah mengemukakan kedatangannya ke Kediri bertemu dengan para kiai memang disengaja. Hal ini sesuai dengan permintaan dari Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.

"Saya ditugaskan Ibu Mega silaturahim di Pondok Lirboyo Kediri ini. Bu Mega mengamanatkan kepada generasi seperti kami, untuk melanjutkan tradisi baik yang telah dilakukan sejak zaman kemerdekaan," katanya ditemui setelah pertemuan tersebut, Kamis malam.

Ia mengatakan hubungan baik antara ulama dengan partai sudah terjalin baik. Misalnya, saat pemerintahan Soekarno dengan KH Hasyim Asyari ataupun Bung Karno (sapaan akrab Soekarno) dengan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) lainnya dalam merebut kemerdekaan.

Para kiai, kata dia, ikut mendukung Bung Karno ketika memimpin kemerdekaan. Hubungan baik juga terjadi antara Megawati dengan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid), KH Hasyim Muzadi, dan tokoh NU lainnya.

Jika Ormas (Organisasi masyarakat) Islam besar seperti NU bersinergi dengan partai politik besar di Indonesia, seperti PDIP, lanjut dia, bukan hanya dapat menjaga, mengawal negara Pancasila yang telah final ini, tapi juga akan banyak yang bisa dikerjakan, termasuk di dalamnya pilkada (Pemilihan kepala daerah) serentak di Indonesia.

"Ini betul-betul bukan hanya dijadikan sarana perebutan politik di daerah, tapi juga sarana konsolidasi bangsa. Untuk itu, di pertemuan ini kami sampaikan amanat ke kiai dari Ibu Mega, pilkada di Jatim dapat dijaga, dikawal, agar terselenggara aman, damai, tertib menghasilkan pemimpin yang amanat," katanya menjelaskan.

Selain amanat, kata dia, untuk pemimpin Jatim ke depan juga diharapkan bisa mengetahui denyut nadi masyarakat Jatim, mengetahui kemana masyarakat akan dibawa maupun dibangun.

"Bu Mega menugaskan saya meminta saran, nasehat, masukan dari para kiai dan alim ulama, bahwa NU dan PDIP sama-sama berkomitmen menjaga NKRI, dan empat pilar (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika) tidak boleh ditawar lagi, tidak boleh didiskusikan lagi," katanya.

Sementara itu, Pengasuh PP Al-Amin, Ngasinan, Kelurahan Rejomulyo, Kota Kediri KH Anwar Iskandar yang juga ikut dalam pertemuan tersebut menambahkan, dalam pertemuan ini yang paling pokok adalah bisa sama-sama menyambung. Ia menyebut, dulu antara kekuatan nasionalis dan religius bersatu sampai berdiri bangsa ini.

"Antara Mbah Hasim dan Bung Karno, hasilnya Pancasila dan NKRI. Diteruskan dengan Gus Dur dan sekarang diteruskan lagi oleh generasi yang lebih muda, dimana ini dalam rangka menjaga keselamatan bangsa," kata Gus War, sapaan akrabnya.

Gus War juga mengatakan, kekuatan nasionalis dan religius akan menjadi kekuatan yang besar untuk menjaga NKRI. Untuk itu, di Pilkada Jatim 2018, kiai satu suara dengan memilih Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menjadi calon Gubernur Jatim.

"Untuk Gubernur, kiai satu kata, Gus Ipul. Untuk Wakil Gubernur Jatim, kami serahkan sepenuhnya ke Bu Mega dengan catatan bisa menambah elektabilitas dan menangkan," ujar dia.

Dalam pertemuan tersebut, selain Gus War, sejumlah kiai baik dari Kediri dan sekitarnya juga hadir, misalnya KH Moh Anwar Mansyur, KH Nurul Huda Ahmad, KH Athoillah Anwar, KH Makruf Zainuddin, yang semuanya dari PP Lirboyo, Kediri, KH Nashir Badrus (Kediri), KH Asfiya Hamida (Nganjuk), KH Abdul Hadi Mahfudz (Tulungagung), dan KH Kholifah Sholeh (Trenggalek).

Pewarta: Destyan Hendri Sujarwoko dan Asmaul Chusna
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017