Pesona `safe haven` logam mulia ini kembali bersinar dan dapat terus meningkat seiring dengan semakin besarnya ketegangan geopolitik dan ketidakpastian politik di Washington yang membuat investor menghindari risiko."
Jakarta (ANTARA News) - Research Analyst FXTM Lukman Otunuga mengatakan, meningkatnya ketegangan geopolitik terkait Korea Utara dan inflasi yang terus melemah di Amerika Serikat mengakibatkan harga emas murni atau logam mulia meningkat.

"Pesona safe haven logam mulia ini kembali bersinar dan dapat terus meningkat seiring dengan semakin besarnya ketegangan geopolitik dan ketidakpastian politik di Washington yang membuat investor menghindari risiko," kata Lukman Otunuga di Jakarta, Jumat.

Sebagaimana diwartakan kantor berita Xinhua, kontrak emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir naik ke tingkat tertinggi satu tahun pada Kamis (Jumat pagi WIB), karena melemahnya dolar AS mendorong permintaan investasi di logam mulia.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember, melonjak 11,3 dolar AS atau 0,84 persen menjadi menetap di 1.350,3 dolar AS per ounce.

Sebelumnya, VP of Market Research FXTM Jameel Ahmad menyatakan bahwa nilai mata uang rupiah tidak terpengaruh oleh situasi ketegangan geopolitik terkait peluncuran misil Korea Utara yang melintasi pulau Hokkaido, Jepang, dan jatuh di Samudera Pasifik itu.

"Rupiah berhasil bertahan terhadap dolar di pertengahan hari Pasar Eropa Selasa ini walaupun Korea Utara meluncurkan misil ke Jepang," kata Jameel Ahmad, Rabu (30/8).

Menurut dia, perkembangan berita misil Korut tersebut mengakibatkan penurunan pasar saham dan meningkatnya permintaan kepada instrumen aman seperti emas dan mata uang yen.

Namun, lanjutnya, ketegangan geopolitik tersebut juga dinilai tidak membuat pasar mengalami aksi jual berlebihan.

"Sejujurnya, mayoritas investor sudah memperhitungkan perkembangan Korea Utara saat ini dan reaksi pasar berikutnya akan ditentukan oleh komentar dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump jika ada. Inilah yang perlu dipantau investor," paparnya.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017