Astana, Kazakhstan (ANTARA News) - Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja sama Islam (KTT) pertama tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, Minggu, menyepakati perlunya pengembangan Iptek untuk menghadapi tantangan pembangunan khususnya di negara-negara Islam.

Hal tersebut tertuang dalam Deklarasi Astana yang menyebutkan bahwa negara-negara anggota OKI sepakat untuk mengupayakan kerja sama untuk pembangunan berkelanjutan dalam menghadapi tantangan di abad 21.

Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev dalam sambutannya selaku ketua penyelenggara KTT OKI bidang Iptek yang digelar di Astana, Kazakhstan, sebelumnya mengatakan berbagai tantangan yang dihadapi negara-negara Islam antara lain terorisme, kemiskinan citra negatif terhadap Islam, dan konflik-konflik lainnya.

Deklarasi Astana juga menyatakan bahwa negara-negara anggota berkomitmen untuk menjadikan sains dan teknologi sebagai tujuan untuk kembali maju seperti peradaban Islam di masa lalu.

Dalam deklarasi yang berisi 26 butir kesepakatan tersebut menyebutkan negara-negara OKI menyadari perlunya meningkatkan investasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta inovasi dan pemanfaatannya adalah salah satu cara utama untuk mempercepat pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang.

Negara-negara anggota juga bertekad mencapai tujuan Agenda 2026 melalui serangkaian inisiatif dan program yang terfokus dalam pendidikan, pengembangan keterampilan, ilmu pengetahuan dasar dan terapan, dan sains yang akan dilaksanakan melalui pemangku kepentingan multi-nasional dan multi-institusi di negara-negara anggota.

Juga kesepakatan untuk lebih memperkuat budaya pendidikan dan sains, terutama bagi generasi muda dan perempuan.

Serta mendorong negara-negara anggota untuk membuat universitas dan institusi lain yang memiliki kerja sama lebih tinggi terutama lembaga penelitian ilmiah, sebagai pusat keunggulan ilmu pengetahuan sehingga mereka dapat memainkan peran efektif dalam mengembangkan budaya masyarakat dalam penelitian, intelektual dan prestasi.

Deklarasi tersebut menegaskan kembali komitmen negara-negara anggota untuk meningkatkan alokasi dana untuk pengembangan pendidikan, sains, kesehatan dan air bersih untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam OKI 2025: Aksi dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs 2030).

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengatakan KTT OKI pertama tentang Iptek tersebut membicarakan bagaimana mengimplementasikan pengembangan sains dan teknologi serta apa saja yang perlu dilakukan masing-masing negara anggota.

"Masing-masing negara diharapkan meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya serta kerja sama penelitian dan universitas. Setelah itu saling bertukar informasi dalam bidang teknologi," ujar Wapres Kalla.

KTT OKI pertama bidang Iptek dihadiri sejumlah kepala negara dan perwakilan dari 56 negara anggota OKI dibuka oleh Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev. Kepala negara yang hadir antara lain Presiden Iran Hassan Rouhani, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, Presiden Bangladesh Abdul Hamid, Presiden Guinea Alpha Conde, Presiden Republik Islam Pakistan Mamnoon Hussain serta Presiden Mauritania Mohamed Ould Abdel Aziz.

Wapres Jusuf Kalla memimpin delegasi Indonesia dalam pertemuan tersebut, didampingi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani dan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir.

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017