Sleman (ANTARA News) - Kerumunan muda mudi mulai mendatangi gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) di kompleks Universitas Gadjah Mada, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (9/9) petang.

Selepas menukar tiket masing-masing di meja pelayanan yang berjajar di lorong muka gedung, mereka bertebaran di pelataran parkir. Kebanyakan bergerombol, tapi tak sedikit juga yang memang datang sendirian hanya demi menghadiri konser peluncuran album penuh ketiga kolektif musik Melancholic Bitch (Melbi) bertajuk "NKKBS Bagian Pertama".

Di antara kerumunan terlihat wajah-wajah familiar seperti seniman senior Djaduk Ferianto dan Leilani Hermiasih dari Frau yang selain pernah mengaransemen ulang "Sepasang Kekasih Pertama Yang Bercinta Di Luar Angkasa" juga menyumbangkan suaranya dalam "Off Her Love Letter" versi rilis ulang album perdana Melbi, "re-Anamnesis" (2013).

Meski menjadwalkan open gate pukul 19.00 WIB, para pemilik tiket baru mulai berduyun-duyun memasuki aula pertunjukan sekira 15 menit atau lebih dari waktu yang dijadwalkan.

Tepat pukul 20.00 WIB, Nadya Hatta memasuki panggung menuju posisinya di hadapan keyboard dan mulai memproduksi bebunyian denting pengiring nomor "Departemental Deities & Other Verses" dari album perdana Melbi, "Anamnesis" (2005).

Nadya dibiarkan bermain-main sendiri dengan keyboard di hadapannya, sebelum kemudian Ugoran Prasad sang pengampu vokal Melbi masuk dengan sebatang rokok di tangan kiri dan ember merah di tangan kanan.

Di tengah-tengah penampilan "Departemental Deities & Other Verses", satu per satu personel lain memasuki panggung. Yossy Herman Susilo di sisi kiri Ugoran, di belakangnya terdapat Uya Cipriano, gitaris Last Elise yang urun tangan membantu penampilan Melbi di konser tersebut.

Yennu Ariendra dan Richardus Arditya menempati sisi kanan Ugo, sedangkan drummer FSTVLST, Danish Wisnu Nugraha --yang terlibat penuh dalam proyek "NKKBS Bagian Pertama"-- berjaga di latar panggung.

Sementara yang lain membiarkan Ugoran dan Nadya menuntaskan "Departemental Deities & Other Verses" versi single piano, maka dibukalah konser peluncuran "NKKBS Bagian Pertama".


Memangkas jarak

Melbi memang sempat merilis ulang album perdana mereka dengan perbaikan kualitas suara disertai penajaman aransemen ketika menghadirkan "re-Anamnesis" pada 2013, namun "NKKBS Bagian Pertama" tetaplah album penuh ketiga mereka yang berpaut 7-8 tahun lamanya dari "Balada Joni dan Susi" (2009), karya monumental yang tak mengizinkan waktu menggerus relevansinya.

Meskipun Ugo dkk. sempat memberikan kesempatan dua radio streaming, ruruRadio dan Pamityang2an, memutarkan "NKKBS Bagian Pertama" secara penuh beberapa hari jelang peluncuran, namun tidak bisa dipungkiri ada jarak dan rasa asing di antara kerumunan penonton ketika Melbi memainkan "Normal, Moral" yang juga lagu pertama dari album baru itu.

(ANTARA News/Gilang Galiartha)

Massa masih bergeming saat isian bass Richardus "Didit" Ardita yang membuka lagu tersebut terdengar, namun tensi lagu yang pelan-pelan menanjak sebanding lurus dengan keriuhan di tengah kerumunan.

Penonton mulai berani urun suara ketika "Cahaya, Harga" segera bersambung hampir tanpa jeda dari "Normal, Moral". Koor kecil di sudut-sudut ruangan terdengar dalam potongan lirik "Radio mengumumkan kematian harga diri. Bahan bakar minyak dicampur hutang luar negeri."

"Selamat malam, lama gak ketemu ya," kata Ugo selepas rampung dengan "Cahaya, Harga" yang segera disambut riuh tepuk tangan kerumunan dan sahut-sahutan jahil.

"Selamat datang di Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Ini album baru, jadi, bersabarlah dengan kami," sambungnya.

Ugo lantas sedikit menyentil isu yang sempat merebak di masyarakat tentang kebisingan pengeras suara dari masjid dan mushala.

"Sebagian dari lagu-lagu di NKKBS ini diciptakan karena kami kebanyakan denger-denger noise di jalan-jalan, salah satunya dari suara adzan," katanya pendek sebelum Melbi melanjutkan dengar nomor "666, 6" yang dibuka dengan drum menghentak dari Danish.

"666, 6" memiliki warna dan rasa yang kental sekali dengan lagu-lagu lama Melbi, perlahan tapi pasti jarak panggung dan kerumunan terpangkas, demikian juga jarak pendengar dengan "NKKBS Bagian Pertama".

"Terima kasih, mau bertaruh dan berjudi untuk menonton pertunjukan ini," kata Ugo, seolah mewakili bagaimana kerumunan penonton yang tentunya hapal di luar kepala lirik demi lirik lagu-lagu di "Balada Joni dan Susi" berkenan bersentuhan dengan sajian baru nan asing dari Melbi dalam "NKKBS Bagian Pertama".

"Selat, Malaka" yang memiliki kombinasi pas antara denting piano Nadya, raungan gitar Yennu-Yossy, gebukan drum Danish dan tentu saja lengkingan Ugo, sukses kian mendekatkan jarak antara kerumunan dengan "NKKBS Bagian Pertama".

"Nenekku dulu bilang, nenekku yang hebat itu dulu bilang, 'kalau laki-laki sinting di jalan, perempuan sinting di dapur'. Ini melihat dunia dari dapur," kata Ugo mengantarkan Melbi memainkan "Dapur, NKK/BKK".

Bagi yang jeli dan mengikuti karya-karya Ugo, kata-kata itu sekaligus menjawab dari mana kutipan yang ada di dalam cerita pendek "Perempuan Sinting di Dapur" yang sempat dimuat dan menjadi salah satu cerpen pilihan harian Kompas pada 2008 silam. Bahwa, kata-kata yang di dalam cerpen itu disebut meluncur dari mulut Wak Misnah, rupanya diwariskan kepada Ugo oleh sang nenek.

Sebelum memainkan "Bioskop, Pisau Lipat", Ugo sengaja mengajak kerumunan untuk menyanyikan bagian refrain lagu yang sudah dibagikan lebih awal sebagai single sejak 25 Agustus 2017 lalu.

Tak kurang dari empat kali kerumunan menghadirkan koor sempurna "Kami pakai bendera sebagai seragam, ketika digelandang ke bioskop jam 9" demi mengantarkan penampilan intim "Bioskop, Pisau Lipat".

Pisau lipat yang dibawakan Melbi bersama "Bioskop, Pisau Lipat" sukses besar memangkas jarak dari kerumunan dengan kerumunan penonton.


Pengobat rindu

Sayangnya, "Bioskop, Pisau Lipat" seolah menjadi pemuncak dari penampilan Melbi membawakan "NKKBS Bagian Pertama". "Aspal, Dukun" berjalan landai, "Trauma, Irama" yang agak bersentuhan dengan warna irama Melayu hanya menimbulkan sedikit letupan namun tak mampu dipertahankan "Titik Tolak, Pelarian".

Di tengah situasi kerumunan yang sudah terlalu santai, nomor "Peta Langit, Larung" justru masuk di saat yang tepat, sebab boleh jadi ini adalah lagu paling romantis di dalam "NKKBS Bagian Pertama". Sedangkan "Lagu untuk Resepsi Pernikahan" yang entah kenapa kental dengan kesan jenaka menutup penuh penampilan Melbi membawakan "NKKBS Bagian Pertama" tepat pukul 20.59 WIB.

Selepas meminta diri sejenak untuk rehat, Ugo dkk kembali menguasai panggung dan melemparkan lagu-lagu populer dari album terdahulu mereka, diawali dengan "Akhirnya Masup TV" yang mendapat aransemen intro yang sedikit berbeda.

"Akhirnya Masup TV" menjadi pengobat rindu bagi kerumunan yang tentu saja lebih akrab dengan lagu dari album "Balada Joni dan Susi".

Kerumunan kian terbakar ketika Melbi membawakan "Tentang Cinta" --lagu yang kata Ugo liriknya hampir selalu tak bisa ia hafalkan-- dan untuk kali pertama ada penonton yang melakukan crowdsurfing.

Sejak itu pula crowdsurfing bermunculan ketika Melbi memainkan lagu-lagu berikutnya, termasuk "7 Hari Menuju Semesta".

"Mars Penyembah Berhala" agaknya menjadi penampilan dengan sambutan yang paling luar biasa, sepenuhnya mengobati rindu kerumunan akan suasana menyaksikan langsung penampilan Melbi.

Selepas membawakan "The Street", Ugo menyempatkan diri menyapa Leilani di tengah kerumunan, yang langsung disambut kerumunan dengan tuntutan untuk penampilan duet. Baik Ugo maupun Lani tak mengindahkan permintaan itu.

"Sesekali, Lani menonton kami menyanyikan 'Sepasang Kekasih Yang Bercinta Di Luar Angkasa'," kata Ugo sebelum Melbi membawakan lagu yang juga pernah diaransemen ulang oleh Frau itu.

"Kita akan segera bertemu lagi. Segera. Lebih cepat dari tujuh tahun tentunya," kata Ugo.

(ANTARA News/Gilang Galiartha)

Melbi berusaha menutup pertunjukan malam itu dengan membawakan "Nasihat Yang Baik", sembari menyisipkan nama anak-anak para personel yakni Naya, Asa, Tristan, Ilana dan Athaya, demi menggantikan Susi pada bagian lirik "Tidurlah Susi, tidur, tidur".

Ugo dkk. seolah ingin menegaskan semangat yang ia dengung-dengungkan terkait kelahiran "NKKBS Bagian Pertama", bahwa keluarga telah menjadi porsi besar dalam hidup para personel Melbi, bahwa mereka tak lagi bisa sesuka hati 'slengean' laiknya Joni dan Susi.

Selepas "Nasihat Yang Baik" Melbi meninggalkan panggung, namun kerumunan tak mau terjebak tipu daya dan meneriakkan permintaan lagu tambahan.

Melbi takluk, mereka kembali, memainkan "Menara" sebuah mars utama para Joni dan Susi sebagai lagu pamungkas pertunjukan mereka.

Baik Melbi yang ingin menghadirkan institusi keluarga maupun kerumunan yang masih berhasrat menjadi Joni dan Susi, tak ada yang kalah dalam pengujung pertunjukan itu. Melbi berhasil memangkas jarak kerumunan dengan "NKKBS Bagian Pertama", sedang kerumunan terpuaskan mengobati rindu dengan gelora ironi Joni dan Susi.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017