Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak melemah sebesar 23 poin menjadi Rp13.188 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.165 per dolar Amerika Serikat (AS).

Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa faktor ambil untung menjadi salah satu hal yang menyebabkan kurs rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar AS.

"Setelah menguat cukup tinggi dalam beberapa hari terakhir, sebagian pelaku pasar uang mengambil posisi ambil untung sehingga laju rupiah cenderung tertahan. Tetapi, pergerakannya masih dalam kisaran wajar," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, meredanya ketegangan di semenanjung Korea serta imbal hasil obligasi Amerika Serikat yang membaik juga menopang penguatan dolar AS cenderung mengalami penguatan di pasar valas global.

Sementara itu, Research Analyst ForexTime, Lukman Otunuga mengatakan bahwa pergerakan rupiah dipengaruhi oleh survei penjualan ritel Juli yang menurun. Namun, sentimen itu cenderung bersifat jangka pendek bagi pergerakan rupiah di tengah fundamental ekonomi nasional yang prospektif.

"Prospek ekonomi Indonesia secara umum tetap menjanjikan," katanya.

Bank Indonesia mencatat penjualan eceran pada Juli 2017 menurun sejalan dengan kembali normalnya pola konsumsi masyarakat pasca Ramadhan dan Idul Fitri. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) hasil Survei Penjualan Eceran Juli 2017 sebesar 209,9 atau turun sebesar 3,3 persen (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 6,3 persen (yoy).

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini (12/9) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.186 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.154 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017