Jakarta (ANTARA News) - Matahari pesisir Jakarta begitu terik menyengat saat rombongan jurnalis memasuki pintu masuk Pelabuhan Internasional Tanjung Priok demi menyambangi kapal perang dari Angkatan Laut Amerika Serikat yang tengah melakukan kunjungan ke Indonesia.

Setibanya di bibir pelabuhan, terlihat kapal perang besar bernomor lambung "4" dengan bentuk yang sangat modern; jika tidak ingin disebut futuristik.

Kapal perang trimaran atau tiga lambung ini terlihat unik dan penampilannya tidak biasa, sangat jauh berbeda dengan desain pada kapal perang umumnya yang hanya memiliki satu lambung dan padat dijejali persenjataan di sekujur tubuhnya.

Jika kapal berdesain konvensional lazimnya memiliki sudut kaku atau bahkan melengkung, tidak dengan kapal di kelas Littoral Combat Ship ini yang menggunakan sudut tajam di setiap sudut kapal, bahkan pada lambung utamanya memiliki tarikan garis di sisinya menjadikannya berbentuk seperti potongan berlian jika dilihat dari depan.

Konsep rancang bangun diamond shape ini jelas mengejar keunggulan teknologi yang masih jarang diaplikasikan pada mesin perang matra laut di dunia, yaitu stealth atau "kemampuan siluman".

Angkatan Bersenjata Amerika Serikat selama ini telah menerapkan konsep diamond shape sebagai modal untuk membuat alutsista berteknologi siluman sebatas pada pesawat tempur F-117 Nighthawk yang telah dipensiunkan, F-22 Raptor, dan yang terbaru F-35 Lightning II.

Namun melalui keinginan dan dukungan pembiayaan yang besar, akhirnya konsep revolusioner yang mampu meminimalkan daya pantul radar (RCS) ini pun berhasil diaplikasikan ke kapal perang jenis korvet bernama USS Coronado (LCS-4) itu.

Adalah Letnan Kolonel Douglas K Meagher, komandan USS Coronado (LCS-4), yang dalam kunjungan ini pun menjadi pemandu bagi para jurnalis untuk menjelaskan sejumlah fitur dan mengajak melihat-lihat isi perut kapal sepanjang 129 meter dan berbobot kosong 2.300 ton itu.

Sebagai pembuka, Meagher mengajak rombongan untuk naik ke dalam kapal dan menyambangi satu "aula" yang berada tepat di buritan.

Meagher menjelaskan, ruang besar ini ialah mission bay atau lokasi di mana segala persiapan misi penerjunan ke laut dilakukan, termasuk untuk menyimpan dua perahu karet rigid-hull inflatable boat (RHIB) berukuran 11 meter serta sejumlah perlengkapan pendukung lain.

"USS Coronado juga memiliki tambahan satu RHIB lainnya dengan ukuran yang lebih kecil, tujuh meter, terletak di sisi kiri luar mission bay," ujar Meagher.

Ia menambahkan, berkat pranata peluncur-pengangkat khusus RHIB berupa perangkat derek yang terpasang di pintu rampa belakang, USS Coronado mampu menerjunkan kapal karet itu hanya dalam waktu 15 menit usai perintah dikeluarkan oleh komandan.

Selain menampung RHIB, di dalam ruang mission bay itu juga terdapat fasilitas olahraga dan kontainer akomodasi bagi para pengawak wahana terbang dalam berbagai misi pelayaran USS Coronado (LCS-4) itu. 
Selesai dengan mission bay, Meagher pun mengajak rombongan ke dalam dek kapal.

Sebagai kapal perang yang diperuntukan beraksi di kawasan pesisir atau perairan dangkal, kapal yang resmi bergabung dengan Angkatan Laut AS pada 2014 ini dituntut memiliki kecepatan tinggi. 

Alumunium pun dipilih sebagai material utama kapal tersebut, lagi-lagi berbeda dengan kapal perang konvensional yang menggunakan besi baja.

Selain lebih ringan, pemilihan alumunium pun akan menjadikannya sebagai kapal tercepat di jenisnya dengan penggunaan dua mesin gas turbin besutan General Electric LM2500.

Secara harafiah kapal ini menggunakan mesin jet yang lazim digunakan pada pesawat-pesawat tempur modern, yang tenaganya disalurkan pada empat buah waterjet sebagai pendorong utama kapal ini.

Hasilnya, USS Coronado (LCS-4) mampu melesat di laut dengan kecepatan mencapai 41 knot atau sekitar 75 km/jam, dengan jarak jelajah operasi mencapai sekitar 7.800 kilometer.

Selain empat jet air di bagian belakang, kapal dari Kelas Independence ini juga memiliki pendorong azimuth di bagian depan yang memungkinkannya untuk bermanuver di pelabuhan atau perairan sempit tanpa bantuan kapal tunda.

"Tidak hanya rangka utama dan kulitnya saja yang menggunakan alumunium, di dalam dek juga dilapisi pelindung alumunium untuk meredam panas," kata Meagher.

Perlindungan hawa panas menjadi penting bagi alutsista yang berkonsep siluman. Selain harus mampu memantulkan gelombang radar melalui bentuk fisiknya yang membentuk sudut tajam, alutsista siluman juga harus mampu meredam panas untuk mengurangi potensi penjejakan radar suhu (thermal imaging) dari lawan.

Bagian dalam USS Coronado tidak ada yang luput dari balutan alumunium foil, mulai dari dinding mission bay, lorong dek, hingga hanggar pesawat yang menimbulkan kesan cemerlang. Hanya ruang jangkar, dapur dan ruang makan, serta anjungan yang tidak dilapisi alumunium foil.

Jika membayangkan sebuah kapal perang, tentu tampilan imajiner yang muncul ialah kapal berukuran besar, gambot, dengan banyaknya persenjataan beragam ukuran dan jenis yang menempel di bodinya.

Namun bayangan tersebut seakan terpatahkan saat melihat USS Coronado (LCS-4) akibat penampilannya yang meski bersiluet tajam namun mulus.

Praktis hanya ada satu buah kubah kanon Bofors 57mm Mk110 dan empat tabung peluncur Harpoon yang secara mencolok terlihat di haluan sebagai persenjataan kapal.

Lebih lanjut Meagher menjelaskan, kanon buatan BAE Systems tersebut mampu memuntahkan hingga 220 peluru per menit dan diklaim memiliki keakurasian yang sangat tinggi.

Sedangkan untuk persenjataan jarak jauhnya, USS Coronado juga dilengkapi dengan empat rudal Harpoon Block 1C yang mampu menjangkau sasaran permukaan sejauh lebih dari 120 kilometer dengan kecepatan mencapai sekitar 850 km/jam.

Harpoon merupakan rudal khusus anti-kapal yang dapat dioperasikan dalam segala kondisi cuaca yang dapat diluncurkan melalui pijakan kapal perang, pesawat, dan kapal selam.

"Harpoon di USS Coronado sebenarnya bukan persenjataan paten, bisa diganti dengan perangkat lain. Mengingat konsep LCS yang modular dan bisa mengubah setelan persenjataan sesuai kebutuhan misi yang akan dijalani," tutur Meagher, yang sebelumnya juga mengomandani kapal dari kelas serupa yaitu USS Jackson (LCS-6) dan USS Indepence (LCS-2).

Penampilan USS Coronado yang minimalis itu juga untuk mengimbangi konsep siluman yang dia miliki, di mana bagian bodinya harus dibuat semulus mungkin dengan menyembunyikan persenjataannya di dalam tubuhnya demi mengurangi daya pantulan gelombang radar.

Termasuk kubah kanon Bofors Mk110 yang dirancang mengikuti desain USS Coronado yang bersudut tajam.
Sementara untuk pertahanan, kapal ini dilengkapi dengan empat senapan mesin berat kaliber 12,7mm dan 11 rudal RIM-116 RAM.

Selain itu, kapal ini juga membawa armada helikopter berupa satu unit helikopter multi misi MH-60S Sea Hawk dan dua unit pesawat tanpa awak MQ-8B Fire Scout.

"Keduanya dapat melaksanakan misi pengintaian dan jika dibutuhkan bisa untuk misi tempur. Namun untuk helikopter ini dapat juga digunakan untuk misi SAR dan anti-kapal selam atau anti-kapal dengan memasang persenjataan khusus," ujar Meagher.

Sebagai kapal perang mutakhir, Meagher pun tidak menampik bahwa kapal yang hanya berawak 75 orang ini mampu memenangkan pertempuran pesisir dan memberikan dukungan pendaratan pasukan di pantai berkat segudang kemampuan yang dimiliki.

Memang USS Coronado (LCS-4) belum battle proven karena tergolong kapal baru dan belum pernah diterjunkan dalam misi perang nyata, namun Meagher berani mengklaim kapalnya ini siap tempur saat dibutuhkan kapan pun dan di mana pun. 

Oleh Roy Bachtiar dan Ade P Marboen
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017