Jakarta (ANTARA News) - Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi hari ini akhirnya akan buka suara soal krisis pengungsi yang dikecam PBB sebagai "pembasmian etnis". Suu Kyi akan berbicara dalam pidato televisi yang akan disaksikan oleh kaum nasionalis Myanmar yang mendukung langkah militer negara itu terhadap Muslim Rohingya.

Kekerasan komunal telah mengoyak Rakhine sejak 25 Agustus sehingga ratusan orang tewas dan memaksa 410.000 minoritas Rohingya lari dari Myanmar ke Bangladesh.

Namun Suu Kyi selama ini belum juga berbicara soal warga Rohingya atau menekan militer untuk menghentikan aksinya.

Di dalam negeri Myanmar, para pendukung Suu Kyi menyatakan bahwa perempuan pemimpin berusia 72 tahun itu tidak didukung tentara, padahal kedua belah pihak telah sepakat berbagi kekuasaan.

PBB menuding militer Myanmar melakukan pembasmian etnis dengan membunuhi warga Rohingya dan membakar tempat tinggalnya sehingga desa-desa Rohingya hancur lebur menjadi debu.

Namun tentara Myanmar menolak tuduhan itu dengan sebaliknya menegaskan bahwa operasinya itu adalah respons yang proporsional terhadap gerakan pemberontakan militan  Rohingya yang mereka sebut "teroris Bengali ekstremis."

Suu Kyi urung menghadiri sidang tahunan Majelis Umum PBB di New York karena harus mengurusi krisis di dalam negerinya dan menyampaikan pidato yang disiarkan televisi yang merupakan pidato terbesarnya dalam masa pemerintahannya.

"Dia akan menjelaskan kepada dunia mengenai situasi sebenarnya di Rakhine," kata warga Myanmar bernama Thet Aung Htike kepada AFP.

"Negara-negara Barat dan PBB mengira pemerintahan dia telah memperlakukan dengan buruk orang Bengali. Tapi banyak orang Budha dan Hindu yang dibunuh oleh teroris-teroris itu. Dunia mesti tahu hal ini."

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017