Jakarta (ANTARA News) - Pengobatan penderita serangan jantung ternyata memerlukan pemeriksaan ada tidaknya riwayat mereka menderita kanker, menurut studi dalam jurnal Acute Cardiovascular Care. 

Studi ini berdasarkan temuan pada lebih dari 35.000 pasien serangan jantung yang berisiko lebih tinggi meninggal di rumah sakit karena sebelumnya menderita kanker. 

Hal ini karena mereka cenderung tidak menerima obat dan intervensi yang direkomendasikan dokter. 
 
"Sudah diketahui bahwa pasien kanker mungkin memiliki peningkatan risiko penyakit kardiovaskular sebagai hasil pengobatan mereka," kata Dr.Dragana Radovanovic, kepala AMIS Plus Data Center di Zurich, Swiss.

"Namun, di sisi lain, sedikit yang diketahui tentang pengobatan dan hasil pasien kanker yang memiliki infark miokard akut," tambah dia. 
 
Studi dilakukan antara tahun 2002 dan pertengahan tahun 2015 dan melibatkan hampir 35.000 pasien  yang terdaftar dalam infark miokard akut di Swiss (AMIS Plus). 

Dari jumlah itu, sebanyak  1 981 atau 5,6 persen memiliki riwayat kanker.
 
Tim peneliti  membandingkan proporsi pasien di masing-masing kelompok yang mendapat terapi obat langsung spesifik untuk infark miokard akut, dan intervensi koroner perkutan (PCI) untuk membuka arteri yang tersumbat.

Mereka menemukan, pasien yang memiliki riwayat kanker cenderung mengalami komplikasi saat berada di rumah sakit. 

Pasien memiliki kemungkinan 44 persen mengalami guncangan kardiogenik yang lebih tinggi, pendarahan 47 persen lebih tinggi, dan 67 persen lebih besar terkena gagal jantung dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat kanker.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017