Moskow (ANTARA News) - Rusia merasa "sangat khawatir" atas pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang mempertanyakan kesepakatan pengendalian nuklir Iran, dan mencurigai bahwa Washington sendiri telah melanggar perjanjian bersejarah itu, kata Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov.

Lavrov mengeluarkan pernyataan itu ketika berbicara kepada para wartawan Rusia di Perserikatan Bangsa-bangsa di New York. Pernyataannya juga diterbitkan oleh kementerian luar negeri Rusia pada Rabu.

Lavrov menggambarkan betapa mendalamnya perbedaan sikap Moskow dan Washington menyangkut serangkaian masalah. Ia menyatakan bahwa upaya apa pun untuk meningkatkan hubungan kedua negara, yang sudah rusak, harus menghadapi perjuangan berat.

Donald Trump, ketika menyampaikan pidato dalam sidang Majelis Umum pada Selasa, mengatakan bahwa kesepakatan tahun 2015 yang dicapai Iran dengan enam kekuatan dunia soal pengendalian program nuklir Iran --sebagai imbalan atas pencabutan sejumlah sanksi-- merupakan "hal yang memalukan bagi Amerika Serikat". Washington tidak bisa mematuhi suatu perjanjian "jika (perjanjian) itu menutup-nutupi pembangunan program nuklir pada akhirnya," kata Trump.

Rusia merupakan salah satu penandatangan perjanjian pengendalian program nuklir Iran itu. Lavrov mengatakan Rusia sangat tidak setuju dengan pandangan pemerintahan Trump tersebut.

"(Pemikiran) seperti itu sangat mengkhawatirkan," katanya. "Kita akan mempertahankan dokumen (kesepakatan, red) ini, konsensus ini, yang dicapai dengan rasa lega oleh seluruh masyarakat internasional dan benar-benar telah memperkuat keamanan kawasan dan internasional."

Ancaman Trump, yang disampaikan pada kesempatan yang sama di PBB, untuk "memusnahkan" Korea Utara jika AS harus mempertahankan dirinya atau sekutu-sekutunya, juga dikritik Rusia dengan tajam.

Rusia memiliki satu wilayah yang berbatasan dengan Korea Utara dan meyakini bahwa negosiasi dan diplomasi merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan krisis program peluru kendali Pyongyang.

"Kalau Anda (Trump, red) dengan mudah mengecam dan mengeluarkan ancaman, kita kemudian akan berlawanan dengan negara-negara yang kita harapkan dapat mengerahkan pengaruhnya (untuk membujuk Korut menghentikan program nuklir, red)," kata Lavrov dilansir Reuters.

(Uu.T008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017