New York (ANTARA News) - Indeks saham-saham utama di Wall Street berakhir lebih rendah pada Kamis waktu setempat, sementara para investor bersiap untuk kenaikan suku bunga ketiga tahun ini dan Amerika Serikat memerintahkan sanksi baru terhadap Korea Utara.

Indeks S&P dan Dow mengakhiri rekor penutupan tertinggi, dan Apple menjadi penyeret terbesar pada tiga indeks utama dengan penurunan 1,7 persen karena kekhawatiran mengenai permintaan untuk telepon pintar terbarunya.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 53,36 poin atau 0,24 persen menjadi berakhir di 22.359,23 poin, indeks S&P 500 kehilangan 7,64 poin atau 0,30 persen menjadi ditutup pada 2.500,6 poin, dan indeks komposit Nasdaq berakhir turun 33,35 poin atau 0,52 persen menjadi 6.422,69 poin.

Ketua Fed Janet Yellen mengatakan penurunan inflasi tahun ini tetap menjadi misteri, menambahkan bahwa bank sentral sudah siap mengubah tingkat suku bunga jika diperlukan.

Para investor memperkirakan sekitar 70 persen kemungkinan kenaikan suku bunga pada Desember, menurut alat FedWatch CME, naik dari sekitar 51 persen sesaat sebelum pernyataan Fed.

Hanya dua dari 11 sektor utama S&P - keuangan dan industri - lebih tinggi, dengan kenaikan 0,2 persen dan 0,3 persen. Indeks barang pokok konsumen mencatat penurunan terbesar, jatuh 0,97 persen.

S&P telah meningkat sekitar 11,7 persen sepanjang tahun ini dengan bantuan keuntungan perusahaan yang kuat dan optimisme di antara beberapa investor bahwa Trump akan memotong pajak untuk bisnis.

Hal ini mendorong valuasi. S&P diperdagangkan pada kira-kira 17,6 kali ekspektasi laba, jauh di atas rata-rata 10 tahun sebesar 14,3, menurut Thomson Reuters Datastream.

Sekitar 5,54 miliar saham berpindah tangan di bursa AS pada Kamis (21/9) dibandingkan dengan rata-rata 6,03 miliar dalam 20 sesi terakhir.

Para investor meningkatkan taruhan Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga lagi tahun ini setelah pernyataan bank sentral pada Rabu (20/9) dan menilai keputusan bank sentral untuk mulai mengurangi sekitar 4,2 triliun dolar AS obligasi negara AS dan sekuritas berbasis hipotek.

Presiden AS Donald Trump membuka pintu memasukkan ke daftar hitam orang dan entitas yang melakukan bisnis dengan Korea Utara, lebih jauh untuk memaksa penghentian program nuklir dan rudal Pyongyang.

"The Fed telah membuat para investor gelisah. Sementara meningkatnya ketegangan Korea Utara dapat menempatkan lebih sedikit investor dalam mode pengambilan risiko," kata Chris Zaccarelli, kepala investasi di Cornerstone Financial Partners, di Huntersville, NC.

Namun dengan Indeks Volatilitas CBOE ditutup pada tingkat terendah dalam hampir dua bulan di 9,67 pasar tidak mencerminkan risiko seperti ketegangan AS-Korea Utara dan valuasi tinggi, Peter Cecchini, kepala strategi pasar di Cantor Fitzgerald di New York, mengatakan.

Pasar "sangat puas dan sangat nyaman sekarang dan tidak terlalu memperhatikan risiko sebanyak semua itu," kata Cecchini. "Saya khawatir tentang itu." (Uu.A026)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017