Kuala Lumpur (ANTARA News) - Dengan ransel di punggung, Bambang Wijanarko bergegas  keluar dari posko kontingen Indonesia di Hotel Berjaya Times Square, Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (21/9) malam.

"Untuk atlet," kata Bambang, yang sebelum keluar mengambil beberapa kaleng obat semprot dan kotak salep.

Orang-orang di posko tidak ada yang bertanya lebih lanjut kepada Bambang, memaklumi tugas sang pemijat andalan atlet Indonesia di ASEAN Para Games ke-9 tahun 2017 untuk memastikan kondisi otot para atlet baik sebelum dan sesudah bertanding.

"Saya mendalami ilmu massage (pijat) sudah sejak tahun 1987 atau sekitar 30 tahun lalu," tutur Bambang di waktu senggangnya.

Pria 55 tahun itu lantas menuturkan bahwa para atlet ASEAN Para Games mendapatkan perawatan pijak sebelum maupun sesudah bertanding dan ketika cedera.

Sebelum pertandingan, biasanya pijatan diberikan berdasarkan permintaan para atlet.

"Biasanya di-massage sehari sebelum bertanding. Misalnya bertanding hari Senin, Minggu-nya otot atlet dikendurkan dahulu," ujar Bambang, yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Sebelas Maret (UNS).

Usai berlaga, atlet bisa saja merasakan sakit karena kelelahan atau cedera. Kalau sudah begitu, Bambang dan timnya langsung turun tangan untuk memberikan perawatan.

Kepada atlet yang cedera, pemijat akan memberikan perawatan dan jika diperlukan melanjutkannya dengan terapi yang disebut "traksi-reposisi" menurut Bambang.

Sederhananya, kata dia, traksi reposisi adalah penarikan bagian yang cedera, kemudian diposisikan ulang.

"Contoh, ada sendi yang bergeser, maka kami traksi dulu baru direposisi, diposisikan kembali ke tempat semula. Kalau hanya dirawat biasa dan tidak di-traksi reposisi, pemulihan cedera seperti itu akan memakan waktu lama," kata pria yang menyelesaikan pendidikan S2-nya di Universitas Airlangga itu.

Namun dia mengatakan traksi reposisi agak sulit diterapkan kalau cedera sudah terjadi lebih dari lima menit. Seandainya kondisi itu terjadi, pemijatan dilakukan dengan metode "RICE".

RICE adalah kependekan dari Rest (istirahat), Ice (pendinginan dengan es), Compression (kompres) dan Elevation (peninggian, bagian yang cedera diangkat lebih tinggi dari posisi jantung).

Metode ini mencakup pengistirahatan dan pengompresan bagian yang cedera menggunakan pendingin untuk mengurangi radang serta pengangkatan bagian yang cedera lebih tinggi dari jantung agar peredaran darah lancar dan pembengkakan berkurang.

"Kami pun memantau terus cederanya, apakah ada keretakan atau tidak, apakah ligamennya putus atau tidak, dan lain-lain," kata Bambang.

Ketua Kontingen (CdM) Indonesia di ASEAN Para Games ke-9 Bayu Rahadian menyebut posisi ahli pijat penting bagi atlet yang bertanding.

"Apalagi jika ada yang cedera. Meskipun demikian, bagi atlet yang akan bertanding, kami tetap menyarankan untuk melakukan peregangan sendiri demi mengendurkan ototnya," ujar Bayu, yang juga Asisten Deputi Pengembangan Olahraga Tradisional dan Layanan Khusus-di bawah Deputi III Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga.


Pengalaman 30 tahun

Bambang sudah mengenal dunia pijat olahraga sejak 1987, ketika dia masih lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Negeri Surakarta.

Layaknya orang jatuh cinta, Bambang pun mencurahkan seluruh perhatiannya kepada dunia pemijatan, khususnya yang berkenaan dengan cedera olahraga.

Beragam jurnal dan publikasi ilmiah karyanya yang diterbitkan di skala nasional maupun internasional menjadi bukti keseriusannya menekuni bidang ini.

Kemampuan pijat olahraga pula yang membuat dia dan rekannya memperkenalkan teknik traksi- reposisi yang mereka kembangkan ke Kementerian Pemuda dan Olahraga.

"Itu sekitar 10 tahun lalu," kata Bambang, lelaki asal Surakarta yang meraih gelar Magister Kesehatan bidang kesehatan olahraga dari Universitas Airlangga.

Bambang juga aktif di dunia olahraga, khususnya di Surakarta, sejak tahun 2001.

Data pribadi Bambang di laman resmi UNS menunjukkan dia pernah menjadi pejabat di KONI Surakata, Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Perseorsi) dan Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI).

Tahun 2015, untuk pertama kalinya dia dipercaya Komite Paralimpiade Nasional (NPC) menjadi salah satu pemijat atlet di ASEAN Para Games ke-8 di Singapura dan berlanjut hingga edisi tahun 2017.

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017