Conakry (ANTARA News) - Ratusan perusuh di kota pertambangan bauksit Guinea di Boke membakar sebuah gedung polisi dan gedung polisi militer pada Kamis, serta bentrok dengan aparat keamanan yang membawa tongkat, menyebabkan 17 orang terluka, demikian Palang Merah setempat.

Otoritas Guinea berhasil menghindari pertumpahan darah pada hari-hari sebelumnya dengan berhenti menggunakan peluru hidup kepada para demonstran di lingkungan Boke di Kolabounyi, menurut anggota Palang Merah Guinea Oumar Kalissa.

Kerusuhan disebabkan oleh kemarahan para pemuda setempat yang mengatakan penambangan bauksit telah menimbulkan polusi dan kebisingan, namun tidak ada pekerjaan atau layanan seperti air dan listrik, serta telah melumpuhkan Boke selama hampir seminggu terakhir.

Meski pertambangan telah terjadi selama puluhan tahun, Guinea yang merupakan produsen bauksit terbaik di Afrika, tetap menjadi salah satu negara paling tidak berkembang di dunia.

Tambang di sekitar Boke menghasilkan sekitar 15 juta ton bijih aluminium untuk perusahaan tambang terbesar di Afrika Barat Societe Miniere de Boke (SMB) dan Companie Bauxite de Guinee (CBG), namun pekerjaan mereka telah berulang kali dihentikan dalam seminggu terakhir dan saat ini masih diblokir oleh demonstran.

Negara Guinea dan sisanya oleh Alcoa, Rio Tinto Alcan dan Dadco memiliki 49 persen saham CBG. SMB dimiliki oleh Guinea, serta milik China yakni Winning Shipping, Shandong Weiqiao dan UMS International.

"Pemerintah mengecam keras tindakan-tindakan ini yang jelas-jelas berada di luar hukum," demikian juru bicara pemerintah Damantang Albert Camara dalam sebuah pernyataan.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017