Badung (ANTARA News) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius mengatakan perguruan tinggi harus berhati-hati dalam melakukan rekrutmen dosen.

"Tolong rekrutmen dosen hati-hati, karena kami sudah menemukan rektor yang terindikasi ISIS," ujar Suhardi dalam Aksi Kebangsaan Perguruan Tinggi Melawan Radikalisme di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin.

Begitu ada rektor yang terindikasi ISIS, Suhardi langsung mengontak Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, dan langsung diambilkan tindakan.

"Artinya infiltrasi, sudah ke berbagai macam bidang. Ini yang perlu kita waspadai," tambah dia.

Dalam kesempatan itu, sekitar 2.000 rektor dan direktur perguruan tinggi hadir dalam acara itu.

"Aksi ini kita laksanakan agar kita selalu dalam semangat menjaga keutuhan bangsa, dengan wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 4 pilar kebangsaan akan berjalan mulus dengan dukungan kita bersama," kata Nasir.

Kedepan, lanjut Nasir, aksi-aksi seperti ini harus terus dilakukan, pemahaman pada Pancasila melalui pendalaman di kegiatan akademik mengenai sejarah lahirnya Pancasila dan mengapa harus ada kelima sila dalam Pancasila.

"Perguruan Tinggi Indonesia harus menjadi pintu gerbang keberlangsungan Pancasila dan menjaga bingkai NKRI," tegas Nasir.

Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP), Yudi Latif, mengatakan aksi ini merupakan aksi nyata bahwa dunia pendidikan, terutama pendidikan tinggi siap untuk meneguhkan sikap terhadap NKRI dan pilar kebangsaan lainnya.

"Kami berharap kegiatan ini tidak berhenti pada seremonial saja, namun harus ada langkah praktis," kata Yudi.

Pewarta: Indriani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017