Nusa Dua (ANTARA News) - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengharapkan kalangan perguruan tinggi dapat turut memetakan ada tidaknya kelompok radikal di lingkungan akademik masing-masing.

"Kami harapkan perguruan tinggi mampu mapping di lingkungan internal ada atau tidak kelompok radikal yang berkembang, siapa tokohnya, dan mengupayakan supaya berhenti dan jangan sampai berkembang," kata Tito saat menjadi pembicara pada acara bertajuk Seminar Kebangsaan Lembaga Pendidikan Tinggi sebagai Benteng Pancasila dan NKRI di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin.

Para ahli dari berbagai kampus diharapkan turut melakukan upaya deradikalisasi yakni mampu menetralisasi pemikiran dari mereka-mereka yang terpengaruh paham radikal agar tidak semakin berkembang.

"Intensifkan juga Pancasila di lingkungan perguruan tinggi dalam bentuk kurikulum. Efektifkan juga kerja sama dengan NU dalam mengembangkan Islam Nusantara, serta dengan Muhammadiyah dalam pengembangan Islam berkemajuan," ujarnya pada acara yang dihadiri pimpinan perguruan tinggi negeri dan swasta se-Indonesia itu.

Ideologi demokrasi berdasarkan Pancasila, lanjut Tito, juga harus mampu disampaikan kalangan perguruan tinggi bahwa memang cocok bagi bangsa Indonesia. Di samping kalangan kampus sebagai lembaga akademik diharapkan mampu menyurvei dan menuliskan dengan ilmiah kejadian-kejadian teror dari kelompok radikal yang selama ini sudah terjadi di Tanah Air.

Dia menambahkan, radikalisme sendiri merupakan paham yang mentoleransi pengggunaan kekerasan untuk melakukan perubahan sosial politik dan ini tentu tidak cocok dibiarkan berkembang di Indonesia.

"Masalahnya akan terjadi perubahan sosial politik yang belum tentu ke arah yang benar, di samping penggunaan kekerasan tidak sesuai dengan nilai demokrasi," ucapnya sembari mengatakan bahwa radikalisasi bagian dari proses untuk mengambil alih kekuasaan.

Sementara itu, Ketua Steering Committee Seminar Kebangsaan tersebut yang juga Rektor Universitas Mahendradatta Dr Putri Anggreni mengatakan kegiatan ini diselenggarakan untuk mengingatkan kembali mengenai pentingnya nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI, serta mengingatkan pentingnya nilai perdamaian, kerukunan hidup dan nasionalisme.

Pihaknya melihat situasi negara sudah mengalami sejumlah eskalasi di berbagai bidang, di samping dihadapkan pada masalah lunturnya nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme.

"Dengan kecangggihan teknologi seperti saat ini, kita juga melihat di internet banyak sekali yang saling menghujat, mencaci-maki, dan mencemooh, yang ini sangat berbahaya. Padahal semestinya perbedaan disikapi dengan arif dan bijaksana," ucapnya.

Oleh karena, ucap Putri, perguruan tinggi dipandang sangat strategis untuk membentengi generasi muda dari gerakan-gerakan kelompok radikal.

(T.KR-LHS/I006)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017