Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak melemah sebesar 46 poin menjadi Rp13.370 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.324 per dolar Amerika Serikat (AS).

Analis Monex Investindo Futures Agus Chandra di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa antisipasi investor terhadap pidato Gubernur the Fed Janet Yellen mengenai arah kebijakan moneternya membuat mata uang negara berkembang, termasuk rupiah mengalami depresiasi.

"Fokus investor tertuju pada pidato Janet Yellen, mencari petunjuk apakah bank sentral akan menaikkan suku bunga pada tahun ini, kondisi itu membuat mata uang di negara berkembang tertahan pergerakannya," katanya.

Ia mengemukakan bahwa petinggi the Fed, William Dudley mengatakan bank sentral harus mempertahankan strategi pengetatan kebijakan secara bertahap, sementara petinggi Fed lainnya, yakni Charles Evans mendesak agar berhati-hati untuk menerapkan kebijakan moneter ketat.

Di sisi lain, lanjut dia, konflik yang masih berlangsung di wilayah semenanjung Korea juga turut membatasi permintaan terhadap aset di negara berkembang. Kondisi itu mendorong aliran dana menuju aset "safe haven".

Research Analyst ForexTime, Lukman Otunuga menambahkan bahwa mata uang di negara berkembang cukup sensitif terhadap ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate) sehingga pergerakannya cenderung tertahan.

"Spekulasi kenaikan suku bunga AS di bulan Desember tahun ini memperkuat dolar AS sehingga mata uang pasar berkembang termasuk rupiah melemah," ucapnya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini (26/9) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.348 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.305 per dolar AS.

(T.KR-ZMF/C004)

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017