London (ANTARA News) - Tiga dari empat anak-anak di seluruh dunia setiap tahun mengalami beberapa bentuk kekerasan, yang membawa kerugian kesehatan dan ekonomi jangka panjang, kata laporan pada Selasa.

Kajian kelompok pembela bermarkas di India, Know Violence in Childhood, menemukan bahwa sekitar 1,7 miliar anak laki-laki dan perempuan di seluruh dunia menderita penganiayaan secara mental atau fisik setiap tahun, dengan anak-anak di Afrika menanggung beban terberat.

"Kekerasan terhadap anak-anak dapat merusak pribadi, keluarga dan masyarakat, baik di negara kaya maupun miskin," kata pemimpin kelompok tersebut, Shiva Kumar, pada jumpa pers, memperingatkan akan konsekuensi sosial, kesehatan dan ekonomi, yang berbahaya dalam jangka panjang.

Hukuman fisik di lingkungan keluarga adalah bentuk kekerasan paling umum terjadi dan mempengaruhi 1,3 miliar anak-anak berusia hingga 14 tahun, kata laporan itu, yang memakan waktu tiga tahun dalam penyusunannya.

Sekitar 138 juta anak berusia 13 hingga 15 tahun terlibat perkara perundungan dan perkelahian di sekolah, sedangkan sekitar 18 juta anak perempuan berusia 15 sampai 19 tahun menjadi korban pelecehan seksual.

Kekerasan seksual paling banyak terjadi di Afrika, di mana lebih dari 10 persen anak perempuan berusia 15 hingga 19 tahun mengalami beberapa bentuk pelecehan, menurut laporan tersebut.

Kajian tersebut menyebutkan beberapa kekerasan terjadi dalam tradisi sikap di beberapa tatanan masyarakat yang melakukan pembiaran dan menganggap pemukulan terhadap istri dan anak-anak sebagai salah satu bentuk melatih kedisiplinan.

Pemimpin dunia bertekad mengakhiri segala bentuk kekerasan terhadap anak-anak pada 2030 sebagai bagian dari 17 sasaran dunia yang diadopsi pada 2015.

Kumar memperingatkan bahwa kekerasan pada masa kanak-kanak memiliki dampak jangka panjang, termasuk depresi, perilaku dan mental, gangguan pola makan dan prestasi pendidikan yang buruk.

"Kerusakan akibat kekerasan masa kecil jauh melampaui trauma dan ketakutan orang dewasa," katanya dalam pertemuan media.

Laporan tersebut mengutip penelitian 2014 yang menemukan bahwa kekerasan masa kecil menghabiskan biaya sekitar 7 triliun dolar AS per tahun untuk produktivitas di masa depan.

Anak-anak yang tumbuh di keluarga miskin lebih berisiko karena adanya tekanan tambahan atas kemiskinan pada orang tua, kata studi tersebut.

Kekerasan dalam masa kanak-kanak lebih rendah di negara-negara dengan tingkat kelangsungan hidup anak yang lebih tinggi dan di negara yang memiliki lebih banyak anak perempuan bersekolah di sekolah menengah.

Laporan tersebut tidak mencakup kekerasan terkait dengan menyakiti diri sendiri, perdagangan manusia atau perang.

(Uu.Aulia/KR-AMQ)

Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017