Beirut, Lebanon, (ANTARA News) - Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah pada Ahad (1/10) menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu merusak kesepakatan nuklir Iran dan menyulut perang di Wilayah Timut Tengah.

"Ia (Netanyahu) saat ini bekerjasama dengan (Presiden AS Donald) Trump untuk merusak kesepakatan tersebut dan menggiring wilayah ini ke dalam perang," kata Nasrallah dalam pidato yang ditayangkan televisi untuk memperinati Asyura, Hari Ke-10 bulan Muharram.

Asyura adalah hari berkabung di kalangan kaum Syiah untuk memperingati wafatnya Imam Hussein bin Ali R.A., cucu Rasulullah Mohammad SAW. Imam Hussein dibunuh dan dimakamkan di Kota Karbala, Irak, pada 680 M.

"Mereka tidak memiliki penilaian yang benar mengenai ke mana perang ini akan bergerak, jika mereka menyulutnya, dan tidak mengetahui bagaimana itu akan berakhir," kata pemimpin Hizbullah itu, sebagaimana dikutip Xinhua. Ia memperingatkan Israel akan membayar harga yang sangat besar akibat kebijakan bebal Netanyahu.

Ia juga mengatakan Netanyahu memimpin negerinya menuju kehancuran dan akhir. Sayyed Nasrallah menegaskan bahwa kemampuan Hizbullah tak boleh diremehkan.

"Saya menyeru kaum Yahudi non-Zionis agar meninggalkan wilayah Palestina yang diduduki ke negara asal mereka, sebab mereka mungkin tak punya waktu untuk pergi jika perang baru meletus," kata Sayyed Nasrallah.

Sebelumnya, para pejabat Palestina mengecam sikap bias mencolok Duta Besar AS untuk Israel David Friedman, yang menyatakan "hanya dua persen" Wilayah Tepi Barat diduduki Israel, demikian laporan kantor berita resmi Palestina, WAFA, Jumat (29/9).

"Duta besar AS untuk Israel tersebut sekali lagi telah membuktikna ia sepenuhnya hilang dari kenyataan," kata Hanan Ashrawi, anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang dikutip WAFA.

Dalam satu wawancara baru-baru ini dengan media Israel, Friedman menyatakan "hanya dua persen" Wilayah Tepi Barat Sungai Jordan diduduki oleh Israel.

(Uu.C003)

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017