Jakarta (ANTARA News) - Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga, menyatakan, pasar pada saat ini menyoroti tingkat inflasi di Indonesia melambat sehingga diperkirakan bakal mempengaruhi sejumlah kebijakan moneter ke depannya.

"Inflasi Indonesia kembali melambat untuk empat bulan berturut-turut pada September ini mencapai tingkat terendah sejak Maret karena penurunan harga pangan," kata dia, di Jakarta, Selasa.

Dia memaparkan, harga konsumen meningkat 0,13 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya pada September 2017 ini sehingga inflasi tahunan menurun menjadi 3,72 persen.

Walaupun inflasi semakin melambat di kuartal terakhir 2017, lanjutnya, Bank Indonesia diprediksi tidak akan mengubah suku bunga setelah memangkas suku bunga dua kali berturut-turut sebesar 0,25 persen.

Selain itu, ujar dia, mata uang pasar berkembang mengalami tekanan pada Senin karena dolar AS terapresiasi. Rupiah juga mungkin akan menghadapi lebih banyak risiko penurunan di jangka pendek karena ekspektasi kenaikan suku bunga Fed tahun ini semakin meningkat.

Sebagaimana diwartakan, inflasi akhir 2017 "sangat memungkinkan" mendekati 3,5 persen (year on year/yoy) dari posisi September 2017 sebesar 3,72 persen (yoy) asalkan harga barang semakin terjaga pada sisa tahun.

"Sekarang tinggal tiga bulan pada 2017, secara tahun berjalan inflasi sebesar 2,6 persen (year to date/ytd) katakanlah 2,7 persen (ytd) saat ini. Jadi inflasi kemungkinan bisa di bawah empat persen malah mungkin mendekati 3,5 persen (yoy)," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, sesuai menghadiri Rapat Kerja Nasional Kadin, di Jakarta, Selasa (3/10).

Pewarta: Muhamma Rahman
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017