Jakarta (ANTARA News) - Kekasih pelaku penembakan Las Vegas, Marilou Danley (62), akhirnya bersuara di hadapan publik untuk pertama kalinya sejak tragedi penembakan. Dia mengatakan tak tahu menahu soal pembantaian yang direncanakan pacarnya saat ia bertolak ke luar negeri untuk mengunjungi keluarganya.

"Tidak pernah terpikir oleh saya dengan cara apa pun bahwa dia merencanakan kekerasan terhadap siapa pun," kata Marilou Danley  dalam sebuah pernyataan yang dibacakan pengacaranya Matthew Lombard di luar kantor pusat FBI di Los Angeles.

Danley baru saja kembali dari tanah kelahirannya di Filipina pada Selasa dan diinterogasi panjang lebar oleh agen-agen FBI keesokan harinya.

"Dia tidak pernah mengatakan apa pun kepada saya atau melakukan tindakan apa pun yang saya sadari dan mengerti dengan cara apa pun yang bisa menjadi peringatan bahwa sesuatu yang mengerikan seperti ini akan terjadi."

Danley yang disebut "orang yang menarik" oleh para penyelidik mengatakan awalnya dia senang saat Stephen Paddock mengiriminya uang di Filipina untuk membeli rumah bagi keluarganya tapi kemudian dia ketakutan jangan-jangan itu salah satu cara Stephen untuk putus darinya.

Paddock mengirim uang 100.000 dolar AS (sekitar Rp1,3 miliar) ke Filipina beberapa hari sebelum penembakan.

Danley yang merupakan seorang ibu sekaligus nenek itu mendarat di bandara internasional Los Angeles pada Selasa malam, dan langsung dicegat agen FBI yang ingin segera menginterogasinya soal pria yang sudah tinggal bersamanya selama empat tahun itu.

"Agen FBI tak tahu banyak soal siapa si kekasih ini dan mengapa dia pergi ke luar negeri seminggu sebelum penembakan," kata senator Nevada Dean Heller yang mendapat arahan dari otoritas.

Danley tiba di Filipina pada 15 September, kemudian pergi selama tiga hari dan kembali lagi pada 22 September sebelum akhirnya kembali ke Amerika Serikat Selasa lalu.

Sejauh ini, yang publik tahu berdasarkan saudara laki-laki Paddock, Eric, Danley bertemu Paddock saat dia bekerja sebagai hostes kasino di Atlantis in Reno, Nevada.

Paddock sering berjudi di sana dan bisa menghabiskan 10.000 dolar AS lebih dalam sehari.

"Mereka berdua itu pasangan yang menggemaskan, yang laki-laki besar dan yang perempuan kecil. Paddock mencintainya. Dia sangat menyayanginya," kata Eric yang sering main judi bareng Paddock.

Danley asli Filipina tapi berkewarganegaraan Australia. Saudara perempuan Danley yang tinggal di Queensland mengatakan Danley adalah "orang baik" yang tak tahu menahu soal rencana Paddock.

Sementara seorang pelayan Starbucks di tempat Paddock dan Danley sering nongkrong mengatakan dia mengamati bahwa Paddock sering memarahi Danley.

Esperanza Mendoza, supervisor toko tersebut, mengatakan bahwa tindak kekerasan tersebut terjadi saat Danley meminta untuk menggunakan kartu kasinonya untuk melakukan pembelian. Kartu-kartu itu, bentuk mata uang yang umum di Vegas, memungkinkan penjudi untuk mengeluarkan kredit yang diperoleh dari mesin game elektronik.

Mendoza berkata: "Dia akan memelototi dia dan berkata--dengan sikap yang kejam--"Kamu tidak memerlukan kartu kasino saya untuk ini. Aku yang membayari minumanmu, sama seperti aku membayarmu.

"Kemudian dia dengan lembut akan berkata, 'OK,' dan melangkah mundur di belakangnya. Dia sangat kasar padanya di depan kami. "

Lima puluh sembilan orang terbunuh dan lebih dari 500 orang terluka Minggu malam saat Paddock memecahkan jendela kamar suite hotelnya di lantai 32 dan mulai menembakkan beberapa senapan semi otomatis ke kerumunan di sebuah konser musik country.

Banyak dari senapan tersebut telah dimodifikasi dengan perangkat bump stock yang memungkinkan senapan api menembak dengan kecepatan yang sama dengan senjata otomatis, theguardian.com.

Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017