Kiev, Ukraina (ANTARA News) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyayangkan keputusan kedutaan besar Amerika Serikat (AS) menghentikan semua layanan visa reguler di Turki.

"Di atas semua itu, keputusan ini sangat, sangat menyedihkan," kata Erdogan dalam reaksi pertamanya mengenai keputusan tersebut dalam sebuah konferensi pers dengan Presiden Ukraina Petro Poroshenko di Kiev pada Senin (9/10).

"Bagi duta besar (AS) di Ankara mengambil keputusan seperti ini, menjalankannya sangat disayangkan," ia menambahkan.

Sengketa yang digambarkan para analis sebagai perseteruan terburuk antara sekutu NATO dalam setengah abad terakhir itu mencuat ketika Turki memenjarakan seorang pegawai Turki yang bekerja di konsulat AS di Istanbul.

Ankara membalas langkah AS menangguhkan layanan visa dengan menangguhkan pengeluaran visa non-imigran bagi warga Amerika di Amerika Serikat yang ingin pergi ke Turki.

Erdogan menjelaskan alasan reaksi Turki atas krisis itu, mengatakan: "Turki adalah sebuah negara dengan aturan hukum, kami bukan negara kesukuan".

Dia menekankan bahwa pengumuman dari kedutaan besar Turki di Washington menyatakan penundaan visa sengaja dilakukan mengikuti pernyataan yang digunakan kedutaan AS.

"Berdasarkan prinsip timbal balik, kedutaan kami di Amerika harus memberikan pernyataan yang sama seperti yang mereka sampaikan," katanya sebagaimana dikutip AFP.

Kementerian Luar Negeri Turki memanggil wakil kepala kedutaan besar Amerika Serikat pada Senin (9/10), dan mendesak Washington mencabut keputusan penangguhan layanan visa non-imigran menurut laporan media setempat.

Hubungan kedua negara anggota NATO tersebut memanas setelah Washington memberikan dukungan bagi milisi Kurdi Suriah yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh Ankara dan penolakan AS mendeportasi Fethullah Gulen, ulama yang disalahkan atas upaya kudeta gagal pada 2016.

Namun hubungan keduanya semakin memburuk setelah kedutaan besar AS di Ankara mengumumkan pada Minggu bahwa mereka akan menangguhkan pemberian visa untuk tujuan pariwisata, perawatan medis, bisnis, izin bekerja sementara atau belajar setelah seorang staf konsulat AS ditangkap karena diduga punya hubungan dengan kelompok Gulen.

Layanan visa imigran diberikan hanya untuk mereka yang berniat menetap di AS secara permanen.

Kedutaan besar AS menyatakan peristiwa akhir-akhir ini memaksa pemerintah AS meninjau kembali komitmen Turki dalam menjamin keamanan misi diplomatik dan personel mereka di negara tersebut.(mu/ab)



Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017