... alat perang khan tidak boleh mogok. Bisa gawat nanti pas di medan tempur, oleh karena itu masih membutuhkan kajian lagi lebih luas penggunaannya...
Jakarta (ANTARA News) - Dewan Energi Nasional (DEN) menjelaskan, program B20 atau penggunaan bahan bakar yang dicampurkan dengan minyak organik masih harus dikaji secara mendalam, terkhusus jika aplikasi ini diterapkan pada arsenal militer.

"Biodiesel B20 masih ada kendalanya untuk kendaraan alat berat, bahkan masih ada keberatan pada alusista dan lokomotif untuk menerapkan B20 serta menggunakan ke B30 pada 2030 perlu dikaji lagi agar tidak menimbulkan dampak yg ada," kata anggota DEN, Syamsir Abduh, di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis.

Lebih lanjut dia menjelaskan, arsenal militer menjadi fokus tersendiri sebab memiliki teknis penggunaan mesin yang lebih komplek. 

Apabila solar dicampurkan dengan minyak nabati --semisal minyak kepala sawit-- dikhawatirkan pada sistem filter mesin akan muncul kerak setelah detonasi internal di ruang bakar terjadi. Pada jangan menengah-panjang, mesin menjadi tidak bekerja maksimal, mogok, dan rusak parah.

"Kalau alat perang khan tidak boleh mogok. Bisa gawat nanti pas di medan tempur, oleh karena itu masih membutuhkan kajian lagi lebih luas penggunaannya," katanya.

Ada kemungkinan penerapan program B20 mundur dari waktu yang ditentukan. Namun itu masih dalam tahap pembicaraan dan DEN masih mengharapkan kajian berjalan sesuai target perencanaan, yaitu pada 2020.

Selain kendala teknis, penerapan biodiesel menemui hambatan lain, di antaranya potensi kehilangan garansi dari pabrikan kendaraan berbahan bakar solar itu. Jika ini tidak dientaskan, sangat merugikan konsumen. 

Program B20 melalui Kementerian ESDM sebagai solusi energi terbarukan itu telah menyerap 2,7 juta kiloliter biodiesel berbasis minyak kelapa sawit sepanjang 2016.

Pada 2016 juga dinilai telah memberikan manfaat besar dalam bentuk pengurangan emisi gas rumah kaca sekira 4,5 juta ton CO2e, pemanfaatan bahan bakar nabati berbasis produk dalam negeri 45,5 ribu barel per hari.

Manfaat selanjutnya adalah menciptakan nilai tambah industri Rp4,4 triliun, penyerapan tenaga kerja 385.000 orang, serta penghematan devisa dan pengurangan ketergantungan bahan bakar fosil senilai 1,1 miliar dolar Amerika Serikat atau setara Rp14,8 triliun. 

Pewarta: Afut Syafril
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017