Makassar (ANTARA News) - Managing Director PT Saint-Gobaik Construction Product Indonesia Hantarman Budiono mengatakan, produk gypsum yang ramah lingkungan masih minim digunakan sebagai bahan bangunan di Indonesia.

"Kondisi itu dapat dilihat dari realisasi pemakaian gypsum di Indonesia yang masih 0,43 meter persegi per kapita," kata Hantarman pada acara diskusi media bersama Gyproc Indonesia di Makassar, Kamis.

Dia membandingkan dengan masyarakat di negara Eropa yang pemakaian gypsumnya telah mencapai 4 meter persegi per kapita dan di Amerika 7 meter persegi per kapita.

Mencermati kondisi tersebut, lanjut dia, perlu menggencarkan sosialisasi manfaat gypsum untuk bahan bangunan selain sebagai plafon, juga dapat digunakan sebagai dinding dan lantai dengan ketahanan yang tidak kalah dengan beton, bata merah atau bata ringan (batako).

Dengan fenomena itu, setelah hadir di Indonesia pada 2014, lanjut dia, kini perusahaannya mencoba memperkenalkan papan gypsum ramah lingkungan Gyproc dengan menjajaki pasar di Sulawesi Selatan (Sulsel).

Hal tersebut dibenarkan Direktur PT Sukses Jaya Profindo, Distributor Gyproc untuk wilayah Sulsel Daniel Yusuf Wijaya.

"Kami optimistis ini akan dilirik masyarakat ke depan, dengan keunggulan produk berbahan dasar gypsum ini yang ramah lingkungan," katanya.

Sebagai gambaran, produk ini yang menggunakan teknologi tinggi dalam pembuatannya dikenal ramah lingkungan, karena minim konsumsi sumber daya alam dan pemanfaatan sumber daya terbarukan, serta 100 persen dapat didaur ulang.

Hal senada dikemukakan pemilik PT Rayagraha Tintibuana Kipnara Angdias yang juga merupakan distributor Gyproc di Sulsel. Menurut dia, produk ini memiliki banyak keuntungan seperti material bangunan yang "green", selain memberikan wujud fisik dinding yang modern dan berkelas, termasuk efisien dalam biaya konstruksi.

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017