PBB (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres akan terus bekerja dengan pemerintahan Donald Trump meskipun adanya perbedaan, kata seorang juru bicara setelah Washington mengumumkan mundur dari UNESCO.

Guterres "sangat menyesalkan" keputusan tersebut, tetapi "pada saat yang sama tentu saja kami berinteraksi sangat produktif dengan AS dalam berbagai isu melalui sejumlah organisasi dan akan terus melakukannya," kata juru bicara Farhan Haq.

Pemerintah Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan keluar dari UNESCO, menyebut badan budaya dan pendidikan PBB itu bias "anti-Israel" setelah pada Juli menunjuk kota tua Hebron sebagai situs warisan Palestina.

Juru bicara PBB tersebut tampaknya meremehkan keputusan AS untuk meninggalkan UNESCO.

"Ada kalanya ada perbedaan dalam hal ini atau masalah itu, tetapi sekretaris jenderal, seperti yang Anda lihat, bekerja sama dengan baik dengan pemerintah AS," kata Haq.

Guterres, yang menggantikan Ban Ki-moon pada Januari, telah bekerja keras di belakang layar untuk menjalin hubungan baik dengan pemerintah AS meskipun ada pemotongan dana AS dan komentar meremehkan dari Trump tentang badan dunia tersebut.

Bulan lalu, Trump mengatakan dalam pertemuan Majelis Umum tahunan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa "belum mencapai potensi penuhnya" karena birokrasi yang membengkak dan "salah urus."

Guterres telah berulang kali mengatakan dia ingin badan dunia tersebut memperbaiki responsnya terhadap krisis global dan beberapa diplomat mengatakan tekanan AS untuk mengurangi biaya dan memberlakukan perubahan membantu pimpinan PBB mendorong agendanya.

AS adalah kontributor keuangan nomor satu di PBB, menyumbang 28,5 persen dari anggaran pemeliharaan perdamaian senilai 7,3 miliar dolar AS dan 22 persen dari anggaran inti sebesar 5,4 miliar dolar AS, demikian AFP.


Penerjemah: Try Reza Essra
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017