Bantuan kemanusiaan dan peningkatan penghormatan pada hukum internasional harus dituntaskan ..."
Markas PBB, New Yor (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Kamis (12/10) menekankan pentingnya penyelesaian konflik guna menangani faktor penyebab kelaparan di beberapa negara Afrika.

Meskipun ada tambahan bantuan dari masyarakat internasional, jumlah orang yang terancam kelaparan telah bertambah di Sudan Selatan, Somalia, Yaman dan bagian timur-laut Nigeria, katanya kepada Dewan Keamanan (DK) PBB.

Di Sudan Selatan, sebanyak enam juta orang menghadapi kondisi rawan pangan parah, naik dari lima juta pada awal tahun ini, ujar mantan Perdana Menteri Portugal itu, layaknya dikutip kantor berita Reuters.

Ia menegaskan, "Bantuan kemanusiaan menyelamatkan nyawa. Tapi, kita belum menangani salah satu pangkal utama krisis makanan ini, yakni konflik."

Sebanyak delapan persen dana Program Pangan Dunia PBB (WFP) mengalir ke berbagai daerah yang dirongrong konflik.

Selain itu, sebanyak 60 persen dari 815 juta orang yang menderita kelaparan hari ini hidup di bawah bayang-bayang konflik.

Tiga dari empat anak yang mengalami hambatan perkembangan di dunia berada di negara yang terpengaruh konflik, katanya.

Guterres menekankan, "Sampai semua konflik ini diselesaikan, dan pembangunan berpijak, masyarakat serta seluruh wilayah akan terus diporak-porandakan oleh kelaparan dan penderitaan."

Ia pun menyerukan ke semua pihak dalam konflik di semua empat negara itu agar menghormati komitmen mereka bagi perdamaian.

Pihak berkonflik, menurut dia, harus mengizinkan dan memfasilitasi jalur cepat dan tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan, hanya memberlakukan pengekangan dengan niat baik, dan menghormati serta melindungi pasokan serta personel kemanusiaan.

Guterres juga menekankan pentingnya pencegahan kelaparan.

Mekanisme peringatan dini kelaparan telah berjalan baik di keempat negara tersebut, katanya.

"Bantuan kemanusiaan dan peningkatan penghormatan pada hukum internasional harus dituntaskan dengan penanaman modal pada penyelesaian menyeluruh dan jangka-panjang serta perdamaian yang berkesinambungan," ujarnya.

Semua negara yang berkonflik berhubungan dengan menangani fanatisme yang memicu rusuh pada saat yang sama ketika harga minyak yang rendah dan resesi ekonomi menghantam mereka.

Mereka adalah contoh kuat mengenai tantangan rumit dan banyak dimensi kehidupan di tengah kebijakan politik. Mereka memerlukan pendekatan dengan banyak sistem yang menangani pertalian pembangunan-kemanusiaan dan hubungannya dengan perdamaian, kata Guterres.

"Dalam jangka panjang, kita harus memusatkan perhatian pada apa yang diperlukan oleh masyarakat dan negara untuk keluar dari ketidak-stabilan dan konflik yang berkepanjangan. Kita harus membantu orang bukan cuma untuk bertahan hidup, tapi juga untuk berjuang," demikian Antonio Guterres.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017